kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga Juni, kredit telah melambat


Jumat, 11 Juli 2014 / 09:01 WIB
Hingga Juni, kredit telah melambat
ILUSTRASI. Persoalan pendanaan masih mengintai pemilik proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral.ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/Zk/aww.


Reporter: Dea Chadiza Syafina, Issa Almawadi, Adhitya Himawan | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Keinginan otoritas mengerem pertumbuhan kredit di tengah perlambatan ekonomi, mulai terwujud. Namun, ada juga bank yang masih mencatatkan pertumbuhan kredit tinggi di semester I 2014 lalu.

Solikin M. Juhro, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) menyatakan, pertumbuhan kredit sepanjang semester I tahun ini berkisar antara 15%-17% alias sesuai arahan BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebagai perbandingan, sepanjang kuartal I-2014, total kredit perbankan mencapai Rp 3.169,64 triliun, tumbuh sebesar 19,58% dibanding kuartal I-2013. " BI selalu berkoordinasi dengan OJK. Jika ada bank yang kreditnya masih tinggi, OJK akan melakukan fungsi pengawasan," tambah Tirta Segara, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Kamis (10/7).

Achmad Baiquni, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengamini pernyataan BI. Sepanjang kuartal II lalu, penyaluran kredit BRI lebih rendah dari capaian kuartal I yang tumbuh 19,7% menjadi Rp 432,43 triliun. "Sudah sesuai target di kisaran 15%-17%," jelas Baiquni.
Perlambatan kredit turut dialami Bank BNI.

Darmadi Sutanto, Direktur Konsumer dan Ritel BNI, mengatakan, pertumbuhan kredit konsumer BNI hingga Mei lalu sejalan dengan arahan wasit perbankan di kisaran 15%. Pemicunya adalah kelesuan kredit pemilikan rumah (KPR) yang berkontribusi 65% dari total kredit konsumer BNI.

"Sampai dengan Mei 2014, KPR tumbuh 15% secara year on year dan hanya tumbuh 1,6% dari awal tahun" kata Darmadi. Kredit konsumer menyumbang 21% dari total portofolio kredit BNI.
Kendati demikian, pembiayaan bank syariah masih tumbuh tinggi.

Meitra Ninanda Sari, Sekretaris Perusahaan Bank Muamalat bilang, pembiayaan Muamalat masih melaju tinggi. "Pertumbuhan pembiayaan sama dengan semester I tahun lalu sekitar 30%," ujarnya.
Catatan saja, di kuartal I lalu, pembiayaan perbankan syariah tumbuh 13,47% menjadi Rp 231,7 triliun.

Bersiap ekspansi

Meski pertumbuhannya melambat, bankir tak kehilangan cara memoles kinerja. Ambil contoh, BRI. Bank dengan predikat laba terbesar ini akan menggeber kredit hingga tumbuh 22% di tahun depan.
BRI bakal agresif menyalurkan kredit mikro karena sudah ada kepastian politik yang memungkinkan ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi.

"BRI akan terbitkan obligasi sekitar Rp 3 triliun untuk ekspansi di tahun depan," kata Baiquni.
Sementara, di tengah perlambatan kredit. BNI berupaya mempertahankan margin dengan ekspansi. Untuk mendorong pertumbuhan bisnis konsumer, BNI akan melakukan co-branding kartu kredit dengan dua perusahaan.

Sementara, Muamalat bakal mempertahankan kinerja dengan cara menggenjot pembiayaan di KPR. Pada akhir Maret, outstanding pembiayaan rumah Bank Muamalat mencapai Rp 8,06 triliun, tumbuh 32,06% dari periode sama di tahun lalu, yaitu senilai Rp 6,1 triliun. Tahun ini, target KPR Muamalat tumbuh sekitar 20%-30%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×