Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Niatan pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur menjadi semacam obat kuat bagi PT Indonesia Infrastructure FInance (IIF). Bagaimana tidak, masih adanya selisih kebutuhan dan realisasi dana untuk infrastruktur menjadi celah bagi IIF untuk menyalurkan pembiayaan.
Menurut Chief Executive Officer IIF Sukatmo Padmosukarso, beberapa proyek infrastruktur tidak bankable alias sulit mendapat pembiayaan bank. Di antaranya karena keterbatasan alokasi kredit bank untuk infrastruktur. APBN, APBD maupun BUMN juga tak sanggup menanggung semua dana infrastruktur. "Jadi peluangnya sangat besar," kata Sukatmo, Kamis (4/12).
IIF pun mematok target pembiayaan yang berlipat di tahun depan. Di tahun 2015, IIF mematok target pembiayaan infrastruktur Rp 6 triliun, alias naik dua kali lipat dari proyeksi 2014. Target pembiayaan Rp 3 triliun tahun ini hampir terpenuhi. "Sampai November sudah lebih dari 90%," kata Ari Soerono, Chief Financial Officer IIF.
Untuk memuluskan target pembiayaan tahun depan, IIF berupaya meningkatkan komitmen pendanaan menjadi Rp 4 triliun tahun depan dari Rp 3 triliun tahun ini. Caranya dengan menjajaki kerjasama dengan lebih banyak perbankan untuk mendapat pendanaan. Saat ini, seluruh pendanaan perbankan masih diisi oleh bank-bank asing.
Pasalnya, IIF bisa mendapatkan pinjaman dengan bunga yang lebih kompetitif dari bank asing ketimbang dari bank lokal. Selain itu, dari sisi minat pun, Ari bilang, minat bank asing masih lebih besar untuk menyalurkan dana infrastruktur melalui IIF.
Apalagi, beberapa pemegang saham IIF adalah lembaga keuangan internasional dengan peringkat ciamik. Hal ini diakui Ari membuat perbankan asing makin berani memberi pinjaman dengan bunga yang lebih ringan.
Selain dari perbankan, pendanaan IIF juga berasal dari lembaga keuangan internasional lain, semisal Bank Dunia dan Asian Development Bank serta dari modal sendiri. Ketiga sumber itu punya porsi yang seimbang.
IIF yang berdiri tahun 2009 ini dimiliki oleh lima pemegang saham. Pemerintah Indonesia melalui PT Sarana Multi Infrastruktur memiliki saham 33,88%. Asian Development Bank dan International Finance Corporation masing-masing memiliki 19,99%. Deutsche Investitions-und Entwicklungsgesellschaft mbH memiliki 11,24%, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation memiliki 14,9% saham IIF.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News