Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (BBTN) mengaku akan memperkuat manajemen risiko terkait kolapsnya bank terbesar kedua di Amerika Serikat (AS) SVB Financial Group atau Silicon Valey Bank, kendati dampaknya disebut minim terhadap perbankan di Indonesia.
"Mengenai dampak silicon valley kepada BTN, kami terus cermati tentunya dan ini membuat kami terus waspada. Kepada BTN tentunya minim dampaknya dan kami pastikan kami semakin waspada mengelola portofolio ke depan," kata Direktur Risk Management BTN, Setiyo Wibowo saat paparan publik pada Kamis, (16/3).
Ke depan tentu dengan melihat perkembangan global, pihaknya di internal BTN akan membuat manajemen risiko baik portofolio pendanaan maupun portofolio kredit untuk meminimalisir dampaknya, meski disebut Setiyo terbilang minim ke mortgage bank.
Baca Juga: RUPS BTN Restui Pembagian Dividen Rp 609 Miliar dan Ganti Nakhoda
BTN juga telah menetapkan beberapa target kinerja keuangan di tahun ini, di antaranya kredit dan pembiayaan ditargetkan tumbuh 8%-10%, Dana Pihak Ketiga (DPK) ditargetkan tumbuh 8%-10%, laba bersih ditargetkan naik pada kisaran 8%-10%, serta NPL gross diharapkan membaik pada kisaran 3,2%-3,3%.
Adapun untuk mencapai target tersebut, BTN telah menetapkan arah kebijakan umum yakni perluasan bisnis berbasis ekosistem perumahan di antaranya dengan mengoptimalkan kontribusi pada program KPR Subsidi dan meningkatkan KPR Non Subsidi melalui kerja sama developer.
Selanjutnya, BTN akan fokus pada penghimpunan DPK yang berasal dari dana murah dengan meningkatkan CASA pada segmen ritel dan institusi serta membangun kapabilitas untuk peningkatan CASA pada segmen wholesale banking.
Lalu, mengembangkan sumber pertumbuhan baru dengan mempercepat implementasi inisiatif digital banking dan digitalisasi proses secara masif yang mendukung pengembangan bisnis berbasis ekonomi perumahan.
Kemudian meningkatkan sumber fee berbasis layanan dan transaksional terutama pada bisnis wealth management, digital banking dan corporate. Dan terakhir, mempercepat penyelesaian kredit macet dan melanjutkan inisiatif penjualan aset (asset sales) secara bulk.
“Kami berharap kebijakan umum perseroan 2023 bisa semuanya dilaksanakan, sehingga kinerja keuangan bisa bertumbuh sesuai dengan target yang telah ditetapkan,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News