kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri Asuransi Sedang Lakukan Review, Pertumbuhan Bisnis Unitlink Terbatas


Minggu, 11 Desember 2022 / 15:05 WIB
Industri Asuransi Sedang Lakukan Review, Pertumbuhan Bisnis Unitlink Terbatas
ILUSTRASI. Pamor produk unitlink yang selama ini berkontribusi besar terhadap industri asuransi jiwa telah meredup.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pamor produk unitlink yang selama ini berkontribusi besar terhadap industri asuransi jiwa telah meredup. Ini menyusul pengetatan produk tersebut yang regulasinya ditetapkan awal tahun ini dengan masa peralihan paling lambat dilakukan hingga Maret 2023.

Dalam masa peralihan ini, tampaknya produk unitlink mulai tak menjadi fokus beberapa pelaku industri. Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ogi Prastomiyono bilang, penurunan premi asuransi jiwa per Oktober 2022 salah satunya disebabkan oleh produk unitlink.

Sebagai informasi, akumulasi premi asuransi jiwa terkontraksi sebesar -5,76% secara tahunan dibanding periode sebelumnya. Nilainya sebesar Rp 157,42 triliun per Oktober 2022.

“Masing-masing perusahaan asuransi sedang mereview mengenai produk unitlink dan penjualannya pun tertahan,” ujar Ogi, belum lama ini.

Baca Juga: Total Tertanggung Asuransi Jiwa Naik 28% pada Kuartal III, Ini Pendorongnya

Ogi berharap, setelah review dilakukan oleh para pelaku industri, premi asuransi jiwa khusunya produk unitlink bisa kembali normal di tahun depan.

Tak hanya premi yang menurun, tampaknya total aset yang dikelola (AUM) beberapa produk unitlink pun juga mengalami penurunan terutama untuk yang fund jenis saham. Misal, produk B-Life Link Dana Maxima Plus yang tercatat Rp 145,87 miliar, lebih rendah dari periode sama tahun lalu yg senilai Rp 162,08 miliar.

Padahal, salah satu produk unitlink saham milik BNI Life itu mampu memberikan imbal hasil yang cukup tinggi yaitu 12,3% sepanjang tahun ini.

Hanya saja, Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan, untuk fund fixed income dan money market masih diminati oleh nasabah, karena pertumbuhan AUM di kedua jenis fund ini masih positif sepanjang 2022.

“Untuk fund money market saja sudah bertumbuh hampir 95% year to date November 2022,” ujarnya.

Di sisi lain, pendapatan premi unitlink BNI Life mencapai Ro 1,2 triliun atau turun 19% secara tahunan. Pendapatan premi bisnis baru dari produk unitlink lebih dari Rp 474 miliar dan turun 43%.

“Melihat perkembangan produk unitlink yang telah menyesuaikan dengan SE OJK baru, kami membutuhkan waktu untuk mengedukasi dan mensosialisasi kepada nasabah,” imbuhnya.

Dari sisi imbal hasil, beberapa produk unitlink juga mengalami penurunan. Misalnya, produk MNC Link Aktif yang memiliki imbal hasil tinggi sekitar 43% ytd per November 2022.

Padahal, pada bulan sebelumnya memberikan imbal hasil 45,68% ytd. Saat itu, AUM dari produk tersebut senilai Rp 40,49 miliar dan sebulan berikutnya menjadi Rp 41,29 miliar.

Hanya saja, dilihat secara rata-rata keseluruhan produk unitlink, imbal hasil dari produk unitlink mengalami pertumbuhan secara bulanan maupun sepanjang tahun ini. Itu terjadi pada semua fund seperti saham, pendapatan tetap, pasar uang, maupun campuran.

“Harusnya tahun depan lebih baik karena kan sekarang unitlink akan lebih transparan, jadi sudah pasti isi portofolio yang dipilih seharusnya lebih bluechip atau setidaknya tergabung dalam LQ45 dan obligasi juga lebih prudent” ujar Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana.

Wawan menambahkan dari sisi portofolio unitlink untuk tahun depan yang sekiranya akan memiliki kinerja baik ialah masih di sektor keuangan. Ditambah, sektor energi yang dinilai ada tren kenaikan hingga dua tahun ke depan.

“Terutama kalau perang masih berkecamuk antara Rusia dan Ukraina, sudah pasti batu bara menjadi primadona,” imbuhnya.

Baca Juga: Akan Dikaji Ulang oleh OJK, Apa itu Produk Saving Plan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×