kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inflasi rendah, pintu penurunan BI rate masih terbuka


Senin, 17 Oktober 2011 / 15:42 WIB
Inflasi rendah, pintu penurunan BI rate masih terbuka
ILUSTRASI. Amerika Serikat bikin kebijakan baru, China bakal meradang. REUTERS/Kevin Lamarque


Reporter: Nina Dwiantika, Mona Tobing | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat masih tersedia ruang bagi bank sentral untuk kembali menurunkan suku bunga acuan alias BI rate. Penurunan itu dapat terjadi karena melorotnya kinerja penurunan ekonomi global mulai merembet ke China yang juga memberi dampak pada perlambatan ekonomi Indonesia, sehingga tekanan inflasi akan cenderung rendah sampai akhir tahun.

Deputi Gubernur BI, Ardhayadi Mitroatmodjo, mengatakan, penurunan permintaan komoditi global akan mempengaruhi harga komoditi, sehingga inflasi cenderung menurun.

Sementara itu, melambatnya proses pemulihan dan masih besarnya likuiditas global diperkirakan masih akan masuk ke Asia Timur termasuk Indonesia, dan akan berdampak pada apresiasi rupiah. "Kedua faktor tadi akan berdampak pada tekanan domestik kemudian cenderung membuat inflasi menurun," tambahnya.

Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo, menjelaskan, adanya arahan penurunan suku bunga acuan karena pergerakan inflasi sampai akhir tahun diperhitungkan hanya sebesar 4,7%. Dengan kondisi inflasi bulan September menurun menjadi 4,61% dari bulan sebelumnya sebesar 4,79%.

Pada 11 Oktober 2011, BI memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% menjadi 6,50% untuk bulan Oktober 2011. Sebelumnya, BI rate berada di level 6,75% dan berlangsung sejak 4 Februari 2011.

Fauzi Ichsan, Ekonom Bank Standard Chartered Indonesia, berpendapat, penurunan suku bunga sebaiknya beriringan dengan penurunan giro wajib minimum. Dengan kondisi inflasi yang sepanjang tahun menurun, Ia memperkirakan kemungkinan BI rate dapat kembali turun hingga level 6%.

Namun, bank sentral perlu berjaga-jaga dalam menurunkan BI rate, mengingat belum ada kepastian dari pemerintah soal tidak naiknya harga bahan bakar minyak atau BBM. "Sekalipun BI rate turun 0,25% belum tentu bank akan menurunkan suku bunga mereka sehingga belum dapat menyentuh sektor rill," kata Fauzi.




Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×