Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil kinerja di semester I-2024 menjadi tolak ukur bagi sejumlah perbankan untuk melihat kembali target di tahun ini. Bahkan tak jarang ada perbankan yang memilih untuk melakukan revisi target setelah melihat capaian di paruh pertama 2024.
Setidaknya, hingga saat ini sudah ada dua bank yang secara gamblang mengatakan telah mengubah target untuk tahun 2024.
Pertama, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Dalam paparan kinerja semester I-2024, Bank Mandiri mengungkapkan bahwa ada perubahan target pertumbuhan kredit. Menariknya, BMRI justru optimistis pertumbuhan kredit bisa lebih tinggi dari target awal.
Awalnya, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit di 2024 ada di kisaran 13% hingga 15%. Namun, sejalan dengan pertumbuhan kredit Bank Mandiri yang per Juni 2024 ini sudah tumbuh 20,46% YoY, maka target Bank Mandiri kini tumbuh menjadi 16% hingga 18%.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengungkapkan bahwa revisi tersebut dilakukan sesuai dengan momentum kredit yang sedang bagus-bagusnya. Terlebih, kredit korporasi yang memang menjadi andalan Bank Mandiri selama ini.
Baca Juga: Kinerja Bank Besar Moncer, Disokong Laba Anak Usaha
“Pertumbuhan kredit kami didorong oleh segmen wholesale yang tumbuh 27% year-on-year di tengah demand yang masih baik dari nasabah segmen ini,” ujar Darmawan, Rabu (31/7).
Di sisi lain, Darmawan juga melihat kredit ritel turut mampu menopang pertumbuhan hingga akhir tahun ini. Sebab, kinerja kredit ritel Bank Mandiri juga memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dari industri.
Darmawan bilang, pertumbuhan kredit ritel Bank Mandiri di periode enam bulan pertama tahun ini sekitar 10,8% YoY. Ia menyebutkan, pertumbuhan tersebut lebih baik dari kredit ritel secara industri yang tumbuh 8,6% YoY.
“Strategi pertumbuhan di segmen ritel dilakukan dengan pendekatan ekosistem, serta melalui sektor unggulan di masing-masing wilayah, melalui distribusi channel kami, baik itu cabang maupun platform digital,” ujar Darmawan.
Kedua, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Di mana, BTN menggunakan kesempatan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) di semester I-2024 dengan mengubah target pertumbuhan laba.
Perbankan pelat merah ini justru lebih konservatif dalam melihat kinerja di sisa enam bulan di 2024 ini.
Sebab, BTN tampak mengubah target pertumbuhan laba yang bisa dicapai pada akhir tahun 2024, dari kisaran 10% hingga 11%. Tak main-main, BTN merevisi pertumbuhan laba di tahun ini hanya tumbuh sekitar 1%.
Memang, revisi pertumbuhan tersebut tampaknya memang cukup beralasan. Mengingat, bank yang fokus pada kredit properti menutup semester I-2024 dengan pertumbuhan laba 1,9% YoY menjadi Rp 1,5 triliun.
Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu membenarkan bahwa revisi target tersebut merupakan langkah konservatif yang dilakukan oleh BTN. Menurutnya, saat ini yang diperlukan adalah realistis sesuai dengan kondisi yang ada.
“Saya mendingan nurunin tapi saya bisa deliver daripada saya janjikan tapi saya nggak bisa deliver,” ujar Nixon.
Ia bilang saat ini tantangan yang dimiliki di BTN adalah terkait cost of fund yang tinggi. Ini sejalan dengan suku bunga acuan yang tinggi dan tak sesuai prediksi awal tahun yang diprediksi bakal turun di separuh pertama 2024.
Sebagai gambaran, cost of fund BTN per Juni 2024 berada di level 4,1%. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari posisi Juni 2023 dan Desember 2023 yang masing-masing di level 3,6% dan 3,7%.
“Berita positifnya, Cost of Fund di BTN dalam dua bulan terakhir sudah turun tapi memang turunnya belum terlalu besar,” ujarnya.
Adapun, langkah yang dilakukan BTN untuk menekan cost of fund adalah melakukan restrukturisasi pengelolaan pendanaan. Ini dilakukan sembari menunggu suku bunga acuan yang diperkirakan bisa turun di akhir tahun 2024.
“Pendanaan yang besar-besar itu kita turunin karena itu mahal,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News