Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) tengah menjaring masukan dari industri keuangan guna menggenjot pertumbuhan kredit.
Pasalnya, berdasarkan analisis uang beredar yang dirlis BI, per Juni 2017 hanya tumbuh 7,6% secara year on year (yoy) menjadi Rp 4.518 triliun.
Angka tersebut lebih lambat dibandingkan bulan Mei 2017 yang naik 8,6% yoy.
Sejumlah bankir yang dihubungi KONTAN mengatakan bahwa sampai saat ini kebijakan makroprudensial yang diambil BI sudah sesuai dengan kondisi perekonomian saat ini.
Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja menilai, kredit yang tumbuh melambat dikarenakan masih rendahnya daya beli masyarakat.
Hal ini diperburuk dengan permintaan barang jasa yang cenderung lambat, alhasil omzet penjualan ikut menurun.
"Kebutuhan modal kerja agak sulit dipaksa naik, demikian juga dengan kredit investasi," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (4/8).
Kendati demikian, Jahja menilai saat ini sektor kredit yang masih bisa digenjot oleh pemerintah adalah kredit infrastruktur.
Bank swasta terbesar di Indonesia ini pun menyatakan siap menyalurkan kredit ke sektor infrastruktur guna mempercepat laju kredit perbankan.
"Kredit yang bisa agak dipercepat yaitu kredit infrastruktur terutama dengan jaminan pemerintah, perbankan siap mengucurkan," imbuhnya.
Senada dengan Jahja, Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Haryono Tjahjarijadi menilai bahwa tren konsumsi masyarakat cenderung berubah.
Hal ini tercermin dengan tumbuhnya dana pihak ketiga (DPK) di bulan Juni 2017 sebesar 10,2% menjadi Rp 4,91 triliun. Meski menurun dibanding bulan sebelumnya, pertumbuhan tersebut cenderung stabil.
"Masyarakat mulai berubah perilaku konsumsinya, mayoritas lebih menahan diri untuk berbelanja dan mengutamakan menabung," katanya.
Haryono mengatakan, saat ini seluruh pihak baik industri jasa keuangan maupun pemerintah harus menyesuaikan dengan tren baru ini.
"Semua memerlukan waktu penyesuaian, sehingga arah kebijakan ekonomi makro maupun mikro bisa lebih fokus lagi dari saat ini," tambahnya.
Sementara itu, Direktur PT Bank MNC Internasional Tbk Benny Purnomo menilai saat ini perbankan membutuhkan stimulus dari pemerintah guna menjaga kondisi likuditas di level stabil.
Pasalnya, Benny menilai secara makro kondisi pertumbuhan di Indonesia masih terjaga. Hanya saja, sektor riil cenderung turun.
"Yang dibutuhkan saat ini kelonggaran likuditas, sekarang yang masih jadi pertanyaan adalah pertumbuhan makro bagus tapi sektor riil turun," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News