Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank menyatakan total kredit yang belum disalurkan alias undisbursed loan masih mengalami peningkatan. Salah satunya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) yang sampai dengan semester I 2019 mencatat ada Rp 3,51 triliun kredit yang belum disalurkan.
Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha menjelaskan, jumlah tersebut meningkat sebesar 26,82% dari posisi Desember 2018 yang mencapai Rp 2,77 triliun atau year to date (ytd).
Baca Juga: BCA dan BNI menyebut undisbursed loan sampai paruh pertama 2019 masih stabil
Menurutnya, adanya kenaikan tersebut disebabkan karena adanya tren tambahan pemberian fasilitas kredit ke sektor infrastruktur dalam bentuk sindikasi baru di tahun 2019. "Terutama dari grup Jasa Marga dan Waskita Karya (BUMN) yang pencairan fasilitasnya secara bertahap," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (27/8).
Selain itu, beberapa fasilitas stand by loan dari debitur korporasi swasta, secara kondisi proyek pencairan kreditnya masih belum bisa dioptimalkan. Misalnya, menunggu pengumuman tender, menunggu surat izin kontrak dan lain-lain.
Bank bersandi saham BJTM (anggota indeks Kompas100) ini menambahkan, secara historis fasilitas untuk proyek baru akan terserap secara optimal mulai kuartal III setiap tahunnya. Namun, khusus untuk kredit ke beberapa proyek infrastruktur seperti pembiayaan jalan tol, dalam kredit sindikasi sangat bergantung pada leader kredit.
"Kondisi masing-masing kreditur sindikasi bergantung pada persyaratan yang telah ditetapkan," imbuhnya.
Baca Juga: Perbankan kaji pemindahan kantor pusat ke ibu kota baru
Di sisi lain, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengatakan pada semester I 2019, undisbursed loan perseroan tercatat sebesar Rp 18 triliun. Direktur Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso mengatakan jumlah tersebut sedikit menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 19,1 triliun atau turun 1,28 triliun.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 78% merupakan kredit konstruksi. Mahelan menjelaskan, kredit konstruksi memang memiliki penilaian pencairan kredit yang disesuaikan berdasarkan perhitungan prestasi proyek di lapangan.
Ia menerangkan, pada semester II 2019 ini undisbursed loan bergantung pada banyaknya debitur atau realisasi kredit baru serta perkembangan prestasi proyek masing-masing debitur. "Semakin banyak debitur baru yang realisasi kredit konstruksi, maka akan meningkatkan undisbursed loan," ujarnya.
Baca Juga: BRI prediksi pembiayaan mobil listrik mulai melaju pada 2020
Mengingat untuk pencairan pertama kredit konstruksi hanya dibatasi sebesar 20% (rata-rata) dari total plafon. Namun, pihaknya mengatakan jika proses proyek berjalan dengan baik, maka undisbursed loan akan turun secara otomatis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News