CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.477.000   -5.000   -0,34%
  • USD/IDR 15.827   12,00   0,08%
  • IDX 7.309   -13,32   -0,18%
  • KOMPAS100 1.117   -3,07   -0,27%
  • LQ45 886   1,94   0,22%
  • ISSI 221   -0,98   -0,44%
  • IDX30 454   1,22   0,27%
  • IDXHIDIV20 546   0,97   0,18%
  • IDX80 128   -0,26   -0,20%
  • IDXV30 137   0,10   0,08%
  • IDXQ30 151   0,09   0,06%

Insentif Bea Masuk Bisa Memacu Pembiayaan Elektronik


Senin, 25 Januari 2010 / 09:21 WIB
Insentif Bea Masuk Bisa Memacu Pembiayaan Elektronik


Reporter: Roy Franedya | Editor: Johana K.

JAKARTA. Para pelaku industri pembiayaan elektronik bergembira menyambut rencana pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 3 triliun untuk program insentif Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BM-DTP) tahun ini.

Ruslim Muljadi, Direktur Penjualan dan Distribusi Adira Quantum Multifinance, bilang , insentif fiskal berupa BM-DTP itu akan mendongkrak pembiayaan elektronik. Maklum, program insentif itu akan membuat harga produk elektronik dari pabrik semakin murah. "Tentu, ini akan menumbuhkan permintaan barang-barang elektronik," kata Rusli, Jumat (22/1).

Selain itu, proyeksi membaiknya ekonomi nasional di tahun ini juga akan merangsang daya beli masyarakat. "Kondisi ini akan mendorong minat mereka membeli elektronik. Apalagi, saat ini, elektronik sudah menjadi kebutuhan dasar," ujarnya.

Makanya, tahun ini, anak usaha Bank Danamon ini menargetkan pembiayaan elektronik tumbuh 50%-70% dari tahun lalu yang sebesar Rp 1,3 triliun. Demi mencapai target itu, Adira Quantum akan menambah 200-250 outlet. Saat ini, Adira sudah mempunyai 160 outlet.

Suhartono, Direktur Utama PT Federal Internasional Finance (FIF) memiliki prediksi tak jauh berbeda. Ia menilai, bisnis pembiayaan elektronik tahun ini seharusnya tumbuh dua kali lipat dari target pertumbuhan ekonomi. "Bila pertumbuhan ekonomi targetnya 5%, pembiayaan elektronik seharusnya bisa tumbuh 10%," ujarnya.

Setiap tahun, permintaan pembiayaan elektronik memang terus tumbuh. Kondisi ini ditopang oleh pasar domestik yang kuat. "Di 2009, dalam kondisi krisis, permintaan pembiayaan tetap tumbuh meski cuma 5%," tambahnya.

Namun, dia mengakui, bisnis pembiayaan elektronik juga memiliki kendala. Maraknya penggunaan kartu kredit dalam membeli elektronik, membuat pembiayaan barang ini menjadi kurang diminati. "Bunga kartu kredit lebih rendah dari bunga pembiayaan. Karena itu, kami harus menghadirkan solusi dan inovasi untuk mempertahankan konsumen," tuturnya.

Tahun ini, FIF menargetkan pembiayaan elektronik sekitar Rp 1 triliun, lebih besar dari 2009 yang hanya Rp 850 miliar. Saat ini, pembiayaan elektronik FIF menyumbang porsi 7,5% dari total pembiayaan. "Tahun 2012, porsinya kita targetkan naik diatas 20%," tekad Suhartono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×