Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Jiwasraya (persero) terus mengalami penurunan aset setiap tahun. Penurunan terbesar terjadi pada aset investasi seperti reksadana, saham, deposito berjangka, tanah dan bangunan.
Mengutip laporan keuangan perusahaan tahun 2019, Minggu (9/8), aset Jiwasraya tercatat Rp 18,15 triliun tahun 2019. Nilai aset itu turun 21,22% dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp 23,04 triliun.
Dari realisasi 2019, jumlah aset investasi mencapai Rp 14,99 triliun, sedangkan aset bukan investasi Rp 3,15 triliun. Jika dirinci, investasi terbesar Jiwasraya pada tanah dan hak bangunan dengan hak strata Rp 5,73 triliun atau 38,22% dari total investasi.
Baca Juga: Jiwasraya masih menunggu kepastian pendanaan untuk restrukturisasi polis nasabah
Nilai investasi Jiwasraya pada tanah dan bangunan menyusut 14,60% yoy pada tahun lalu. Penyusutan juga terjadi pada deposito berjangka sebanyak 39,86% yoy menjadi Rp 740 miliar.
Sementara investasi di saham tersisa Rp 1,65 triliun pada 2019. Padahal tahun sebelumnya, investasi saham asuransi pelat merah ini masih sebesar Rp 2,32 triliun.
Selain itu, investasi di obligasi korporasi susut 51,12% yoy menjadi 692,85 miliar. Lalu investasi di reksadana turun hingga 54,41% yoy menjadi Rp 1,65 triliun.
Aset Jiwasraya kembali ambles pada tahun ini. Hingga Mei 2020, nilai aset Jiwasraya tersisa Rp 17 triliun sementara kewajiban Rp 52,9 triliun.
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menjelaskan, aset Jiwasraya berasal dari investasi di sektor keuangan Rp 10 triliun dan properti Rp 7 triliun.
Adapun investasi keuangan ditaruh ke beberapa instrumen seperti deposito, obligasi BUMM, obligasi swasta, reksadana dan saham. Jiwasraya merugi akibat penurunan nilai aset di reksadana dan saham.
"Yang merugi adalah bagian di keuangan, saham dan reksadana. Dari Rp 22 triliun portofolio sebelumnya menjadi 17 triliun," kata Hexana pada Juli lalu.
Menurut Hexana, berdasarkan audit sistem pengendalian internal (SPI), mayoritas reksadana sudah tidak likuid. Sementara sisanya masih bisa dijual. Itupun porsinya kecil.
Investasi properti juga merugi. Biasanya, Jiwasraya kantongi pendapatan dari kenaikan harga sewa properti yang jauh lebih besar.
"Namun properti hanya menghasilkan 2%, padahal seharusnya menghasilkan 10%, maka perusahaan rugi 8%," ungkap Hexana.
Akibat penurunan aset investasi, portofolio properti Jiwasraya melebihi 30% dari total aset. Padahal ketentuan aset properti maksimal hanya 20%.
Baca Juga: Restrukturisasi polis nasabah, Jiwasraya masih tunggu kepastian komitmen pendanaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News