Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Geliat bisnis start-up bidang teknologi di Indonesia makin berkembang. Investor modal ventura berdatangan ke Indonesia.
Dari hasil riset firma AT Kearney dan Google mencatat, sepanjang Januari-Agustus 2017, nilai investasi modal ventura ke sejumlah perusahaan rintisan di Indonesia mencapai US$ 3 miliar. Angka ini naik dua kali lipat dari tahun 2016 yang sebesar US$ 1,4 miliar.
Bila ditilik dari sisi jenis startup teknologi yang mendapatkan kucuran dana di tahun ini, sektor e-commerce dan transportasi online menjadi primadona. Tokopedia misalnya mendapatkan suntikan dana US$ 1,1 miliar dari Alibaba. Traveloka mendapatkan investasi dari JD.com sebesar US$ 500 miliar. Sementara pemain transportasi online, Go-Jek meraih US$ 1,2 miliar dari Tencent.
Partner AT Kearney, Allesandro Gazzini menyebut, lakunya perusahaan rintisan karena potensi pasar di Indonesia. "Terutama penggunaan perangkat teknologi yang besar," kata dia, Selasa (19/9).
Selain itu, menurut Allesandro, para investor modal ventura yakin dengan peluang investasi yang ada di Indonesia mengingat jumlah penduduk kelas menengah terus meningkat. Terlebih anak muda di negeri ini melek teknologi.
Porsi fintech masih kecil
Namun modal ventura justru tak banyak berinvestasi di bisnis financial technologi. AT Kearney dan Google mencatat, porsi investasi modal ventura dari tahun 2012 hingga Agustus 2017 di fintech baru 1% dari total investasi. Jauh di bawah e-commerce dan transportasi online. Porsi investasi yang mengucur ke bisnis e-commerce mencapai 58% dan transportasi online sebesar 38%.
Namun, Allesandro menilai, ke depan fintech bisa jadi primadona. Hal ini terlihat dari survei kepada 25 pelaku usaha modal ventura baik dari dalam maupun luar negeri. Sebanyak 67% responden menilai sektor ini masih muda. Tapi tumbuh tinggi seiring kebutuhan transaksi online dan alternatif layanan jasa keuangan konvensional.
Meski peluangnya cukup besar, Allesandro bilang, mayoritas investasi modal ventura ke sektor startup digital masih dinikmati pemain asing terutama China. Dari total investasi, 94% dari China dan sisanya dari berbagai negara termasuk dalam negeri.
Minimnya investasi modal ventura lokal, karena faktor budaya pemain lokal. Misal cenderung berharap datangnya return dalam tempo cepat. Pemain lokal juga kalah pengalaman. Dus, pemain lokal ragu mengambil risiko. "Tapi sebaiknya masuk sekarang dengan dukungan pasar yang besar," kata Allesandro.
Secara umum, ada beberapa hal yang juga harus dibenahi bagi pemain modal ventura. Diantaranya intensif fiskal dan memperbanyak opsi saat divestasi.
Ketua Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R.Sirait mengakui perkembangan modal ventura memang baru terlihat beberapa waktu belakang. Menurut dia, modal ventura terus berbenah dari pelaku atau regulator. Ia juga ikut mengupayakan perolehan insentif pajak agar menggairahkan industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News