kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Investor Korea makin gencar membenamkan modal di industri keuangan nasional


Sabtu, 12 September 2020 / 05:45 WIB
Investor Korea makin gencar membenamkan modal di industri keuangan nasional


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan, investor asal Korea Selatan terus melakukan penetrasi masuk ke industri keuangan nasional. Yang teranyar ada KB Kookmin Bank yang baru saja merampungkan proses jadi pengendali PT Bank Bukopin Tbk (BBKP).

Meski proses pengendalian Kookmin di Bank Bukopin cukup berliku, nyatanya lembaga keuangan Korea telah melakukan penetrasi ke Indonesia sebelum 2010. Pada 2007 misalnya, ada Hana Bank yang mengakuisisi PT Bank Bintang Manunggal. 

Yang menarik, aksi Hana Bank di Korea pada 2012 yang mengakuisisi Korean Exchange Bank (KEB) juga turut berpengaruh terhadap bisnisnya di Indonesia. Pada 2013 Bank Hana melakukan merger dengan PT Bank KEB Indonesia menjadi PT Bank KEB Hana Indonesia dan bertahan hingga kini.

Masuknya Hana Bank, mulai diikuti  lembaga keuangan asal Korea, terutama perbankan masuk Indonesia. Pada 2012 ada Woori Bank yang mulai menjadi pemegang saham PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (SDRA). 

Baca Juga: Pandemi corona bikin aksi akuisisi bank oleh investor asing kian ramai?

Kemudian pada 2015, Woori bank menggabungkan unit bisnisnya di Indonesia yaitu PT Bank Woori Indonesia dengan Bank Saudara menjadi PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA).

Perlahan, Bank Saudara yang sebelum diakuisisi yang asetnya masih di bawah Rp 10 triliun terus berkembang. Sampai semester I-2020, BWS telah memiliki aset Rp 36,11 triliun. Kinerjanya tumbuh stabil, kredit tumbuh 9,63% (yoy) dengan NPL gross 1,42%. 

Sayangnya laba perseroan per semester I-2020 merosot 16,3% (yoy). Direktur Business Support Sadhana Priatmadja bilang hal tersebut terjadi akibat pandemi. Sampai akhir tahun pun ia masih optimistis masih bisa raih pertumbuhan laba yang positif.

“Target pertumbuhan kredit kita sampai akhir tahun di kisaran 7,5%. Sementara bottom line kami harapkan bisa meningkat lebih dari 100% dibandingkan posisi Juni 2020,” kata Sadhana kepada Kontan.co.id. 

Selain target kinerja, Sadhana bilang tahun ini secara organik perseroan juga bisa naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3 dengan modal inti di atas Rp 5 triliun. Per Juni modal inti perseroan senilai Rp 4,80 triliun.

Setelah 2015, gelombang masuknya lembaga keuangan Korea makin masif. ada Shinhan Bank yang pada 2015, mengakuissii PT Bank Metro Express pada 2015, dan dilanjutkan akuisisi PT Centratama National Bank pada 2016.

Selanjutnya juga ada Industrial Bank of Korea (IBK) yang mulai mencanangkan ekspansinya ke Indonesia. Senior Executive Vice President IBK Bank Oh Hyuk Soo, dalam pelluncuran PT Bank IBK Indonesia Septermber 2019 lalu bilang pihaknya sejak 2016 memang telah berminat melakukan ekspansi ke Indonesia.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×