Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fintech P2P lending Investree menyatakan, sejak awal berfokus pada penyediaan layanan untuk segmen UKM papan tengah yang kerap disebut missing middle.
Tercermin, per bulan Oktober 2021, perusahaan telah menyalurkan pendanaan terhadap missing middle sebesar Rp 700 juta yang merupakan 90,7% dari total portofolio Investree dilakukan melalui produk unggulan Invoice Financing.
Investree mencatatkan senilai Rp 560 juta yang menjadi 2,1% dari porsi penyaluran dilakukan melalui produk Buyer Financing. Sementara Working Capital Term Loan berkontribusi sebanyak 4% dengan rata-rata pinjaman Rp 950 juta.
Baca Juga: Awas pinjol ilegal, cuma 104 yang berizin & terdaftar OJK per 24 November 2021
Selain itu, sejak berdiri hingga kuartal III 2021, Investree mencatat sekitar Rp 10,4 triliun pinjaman yang telah tersalurkan. Pinjaman tersalurkan sepanjang 2021 menyumbang porsi Rp 3,7 triliun, dengan sisa outstanding Rp1,26 triliun.
Sementara pembiayaan tersalurkan melalui layanan Investree Syariah mencapai Rp 627,82 miliar sejak berdiri atau berkontribusi sebesar 6% terhadap total portofolio keseluruhan.
Adrian Gunadi Co-Founder & CEO Investree mengatakan, dari segi jumlah pemberi pinjaman (lender) dan peminjam (borrower), tercatat secara kumulatif sudah ada 47.000 lender dan 7.000 borrower yang tergabung di Investree.
Jumlah Penerima Pembiayaan Investree Syariah mencapai 168 Perusahaan berbadan hukum PT/CV, sementara jumlah Pemberi Pembiayaan Syariah mencapai 28.296 entitas termasuk ritel/individu maupun institusi.
Baca Juga: OJK akan batasi pendanaan fintech dari super lender, begini efeknya ke perbankan
"Realisasi ini kami rasa cukup positif dan impactful bagi pengguna khususnya pelaku UKM. Faktor pendorong kesuksesannya mungkin kalau dari segi Investree, adalah pemaksimalan kolaborasi dengan seluruh anggota ekosistem keuangan digital sehingga produk dan layanan Investree dapat diakses oleh lebih banyak UKM dari berbagai sektor usaha," kata Adrian kepada kontan.co.id, Jumat (10/12).\
Adrian menjelaskan, secara garis besar, target 2021 sudah hampir tercapai karena pada akhir tahun ini terdapat kenaikan jumlah permintaan pinjaman sebanyak 30%-40%.
"Sehingga menghadapi 2022, Investree sangat optimis dapat menghadirkan lebih banyak inovasi yang mampu membuat UKM semakin berdaya dan tumbuh semakin solid. Karena pandemi juga belum sepenuhnya pergi, kita masih dalam kondisi waspada dan berhati-hati, semangat kami tahun depan adalah menumbuhkan kembali atau revitalisasi bisnis pelaku UKM agar bounce back dan #GrowStron6er sejalan dengan tagline Investree pada ulang tahun keenam," ungkap Adrian.
Ia juga menuturkan, Investree sejak awal berfokus pada penyediaan layanan untuk segmen UKM 'papan tengah' yang kerap disebut missing middle. Sebanyak 60% bisnis yang pihaknya fasilitasi pembiayaan Invoice Financing merupakan bisnis yang tidak dapat memperoleh pembiayaan dari bank.
"Di Indonesia, perusahaan membutuhkan catatan keuntungan hingga tiga tahun dan dua hingga tiga tahun riwayat kredit dan agunan, yang tidak dimiliki banyak UMKM. Investree, seperti halnya platform fintech lending lainnya, tidak memerlukan agunan," ujar Adrian.
Baca Juga: Cek, ini rincian 106 pinjol legal dan berizin OJK per 6 Oktober 2021
Berdasarkan data internal perusahaan per September 2021 pendanaan yang terbanyak dilakukan adalah untuk industri perdagangan (trading), periklanan, percetakan, media, dan industri kreatif.
Dalam menjaga kinerja perusahaan, Investree masih konsisten menjalankan penambahan serta penguatan kerja sama dengan seluruh anggota ekosistem (keuangan digital) untuk meningkatkan penyaluran pinjaman yang Investree berikan kepada UKM.
Selama ini, Investree sudah berkolaborasi dengan beberapa mitra guna memaksimalkan saluran pinjaman guna membantu para UKM. Pada semester II 2021, Investree resmi menyambut Bank Jago dan BPR Lestari sebagai Lender Institusi.
Dengan menjalin kemitraan channeling bersama kedua bank (digital dan BPR) terkemuka tersebut, Investree berkomitmen untuk membantu pelaku UKM bangkit dan pulih dari krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 melalui penyaluran pendanaan yang tepat dengan kebutuhan UKM.
Selain itu sebelumnya Investree juga menggandeng berbagai mitra strategis antara lain payment aggregator Midtrans dan OY!, serta platform e-commerce B2B seperti SIPLah Blibli, Pengadaan.com, ekosistem pengusaha perempuan ultamikro Gramindo, ekosistem platform aquaculture eFishery, serta klien dari platform freight forwarder digital Andalin untuk mengakomodasi pinjaman talangan biaya ekspor-impor.
Melalui kolaborasi dengan ekosistem tersebut, Investree dapat memiliki akses terhadap data dan informasi yang lebih kaya, proses credit scoring dan lebih termitigasi secara risiko, selain itu prosesnya pun lebih cepat buat para pendana (lender).
"Selain berkolaborasi dengan partner bisnis lainnya, Investree juga membangun ekosistem e-procurement, terutama tender yang berkaitan dengan belanja pemerintah. Investree memiliki kerja sama strategis dengan dua platform e-procurement sebagai kanal utama, yaitu Mbiz dan Garuda Financial," kata Adrian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News