Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang masih terjadi hingga kuartal II-2021 memberikan dampak bagi bisnis dan industri. Investree pun terus berupaya untuk menjadi solusi bagi bisnis digital terintegrasi bagi UKM dengan memastikan bahwa layanan dan produk pinjaman yang dimilikinya terus memberikan kontribusi positif bagi perkembangan UKM di Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tren positif tersebut juga dibarengi oleh bertambahnya jajaran Payor kredibel yang terdiri dari perusahaan multinasional, BUMN, dan Pemerintah. Payor sendiri merupakan pemberi proyek atau pihak yang ditagih dan menjadi sumber pembayaran pinjaman oleh borrower.
Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan, fokus pembiayaan perusahaan tahun ini tidak lagi berpusat di Jabodetabek tapi juga kota-kota besar lainnya di luar itu.
Terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur yang punya potensi pasar sangat besar dikarenakan banyak dari mereka dinilai punya bisnis solid namun kesulitan untuk melakukan ekspansi karena terkendala akses pembiayaan yang terbatas.
“Di situlah Investree hadir untuk mengisi jurang pembiayaan agar semakin banyak pelaku UKM yang terbantukan. Apalagi di tengah pandemi seperti sekarang, tak sedikit dari mereka yang sedang melalui masa sulit. Dengan mengutilisasi produk-produk pinjaman Investree yang berinti pada pembiayaan rantai pasokan, kami akan ajak mereka untuk bangkit dan pulih dalam mempertahankan usahanya.” kata dia dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Kamis (20/5).
Baca Juga: Ini daftar terbaru fintech P2P lending yang terdaftar dan berizin dari OJK
Sejak 2017, Investree sebagai pionir fintech lending telah melebarkan jangkauan layanannya ke Jawa Tengah dengan membuka kantor representatif di Semarang. Wilayah cakupannya meliputi Semarang, Yogyakarta, Solo, Tegal, dan sekitarnya.
Kemudian diikuti dengan pembukaan kantor representatif di Surabaya yang melayani area Surabaya, Sidoarjo, Gresik, dan sekitarnya termasuk Pulau Bali.
Awalnya, perusahaan meluncurkan produk Invoice Financing untuk dimanfaatkan oleh para pelaku UKM di daerah-daerah tersebut lalu berkembang dengan kehadiran Pre-Invoice Financing, Account Payable Financing, dan Buyer Financing.
Hingga akhir 2020, Investree berhasil mencatat angka penyaluran pinjaman yang cukup signifikan di Jawa Tengah sebesar Rp 507 miliar dan di Jawa Timur sebesar Rp 72 miliar. Angka tersebut terus bertambah hingga memasuki kuartal I dan II-2021 dengan produk pinjaman paling banyak dipilih yakni Invoice Financing.
Manfaat dari Invoice Financing dinilai sangat dibutuhkan bagi pelaku sektor kreatif, jasa desain, dan manufaktur. Dengan mengajukan Invoice Financing, Adrian mengatakan bahwa pelaku di sektor tersebut bisa mendayagunakan invoice atau tagihan yang selama ini merupakan aset tidak produktif menjadi jaminan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dari Investree.
“Hal unik lainnya, ternyata di tengah pandemi seperti sekarang, Investree justru mengalami peningkatan pengajuan pinjaman terutama dari sektor kesehatan dan energi. Itu menjadi gambaran bahwa pandemi memang memaksa banyak pelaku UKM di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk melakukan pivot dan berinovasi, tapi justru berguna tak hanya untuk keberlangsungan bisnis mereka namun juga untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Melalui pemberian akses pembiayaan mudah dan cepat, Investree berkomitmen untuk terus mendukung mereka berdaya,” ujar VP Sales Regional Java Investree, Shareang Kusuma.
Selain Invoice Financing, Pre-Invoice Financing dan Account Payable Financing juga menjadi primadona di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedikit berbeda dengan Invoice Financing di mana UKM menjadikan invoice dari proyek mereka yang sedang berjalan sebagai jaminan, Pre-Invoice Financing menawarkan kesempatan bagi UKM untuk bisa mengajukan pinjaman dengan melandaskan Surat Perintah Kerja (SPK) dari Payor.
Sedangkan Account Payable Financing memungkinkan pelaku UKM meningkatkan perputaran bisnis mereka sebab Investree akan menyalurkan pembiayaan bagi pelaku UKM barang dan jasa yang bertindak sebagai pembeli/pedagang/buyer yang membeli barang dan jasa ke penjual/produsen/supplier.
Baca Juga: Bank Mandiri akan luncurkan layanan paylater pada kuartal IV 2021
“Setiap produk pinjaman Investree di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki Payor terbaiknya masing-masing. Invoice Financing ada Gojek, Grab, dan Sriwahana Adityakarya. Pre-Invoice Financing kami punya E-catalogue Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), KAI Properti, dan Solusi Bangun Indonesia. Sementara itu untuk Account Payable Financing, ada British Petroleum yang sudah menjadi Payor berulang di Investree Jawa Timur dan Jawa Tengah,” tambah Shareang.
Dia pun meyebut Payor bonafit yang terdiri dari perusahaan-perusahaan besar ini sekaligus menekankan bahwa mitigasi risiko yang dilakukan oleh Investree terkait dengan pemeliharaan kualitas aset memang sudah dilesapkan secara rapi dalam struktur produk yang Investree miliki dengan mengacu pada metode pembiayaan rantai pasokan.
Sementara itu, bisnis Investree di Jawa Tengah dan Jawa Timur terus meningkat dalam tiga tahun terakhir meskipun pandemi Covid-19 masih eksis di Indonesia dan seluruh dunia.
Secara keseluruhan, bisnis Investree di Jawa Tengah bertumbuh dengan adanya kenaikan jumlah penyaluran pinjaman sebesar Rp 257,8 miliar dari 2019 ke 2020. Sedangkan untuk Jawa Timur, terjadi kenaikan sekitar 0,6% dari Rp 44,2 miliar pada 2019 menjadi Rp 72,5 miliar pada 2020.
“Dengan mengimplementasikan penguatan kemitraan strategis dengan berbagai rekanan dan penyempurnaan proses bisnis, Investree tak akan henti menyediakan dukungan pembiayaan bagi para pelaku UKM di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang ingin mengakselerasi usaha mereka serta memulihkan perekonomian sektor UKM pasca pandemi,” pungkas Adrian.
Selanjutnya: Kominfo: potensi ekonomi digital Indonesia capai US$ 124 miliar pada tahun 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News