Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Likuiditas industri perbankan tahun depan diperkirakan masih akan ketat. Kondisi ini yang mengharus bank-bank mengatur strategi.
Tengok saja aksi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Mandiri Tbk. Bank BUMN ini akan menggenjot pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) lebih tinggi ketimbang kredit.
Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI menuturkan, ada beberapa risiko bisnis yang akan dihadapi bank di tahun depan. Dari luar negeri semisal, ada ancaman pembalikan dana-dana asing lantaran kebijakan The Fed menaikkan suku bunga.
Kondisi ini akan mengancam likuiditas perbankan. "Banyak dana asing yang semula berinvestasi di Indonesia akan balik kandang ke AS," ujar Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI, kepada KONTAN, Kamis (25/12).
Untuk menahan keluarnya dana-dana asing dari pasar keuangan Indonesia, Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan (BI rate). Kenaikan suku bunga ini akan turut menaikkan bunga kredit.
Makanya, ketimbang menggenjot kredit, mendongkrak dana pihak ketiga atau simpanan menjadi pilihan BRI. Tahun depan, BRI menargetkan perolehan simpanannya tumbuh 15% hingga 17% dibandingkan 2014.
Sementara kredit, besaran pertumbuhannya ditargetkan naik berkisar 14% hingga 15%."Ini bentuk antisipasi kami tahun depan," kata Baiquni.
Sikap serupa juga diambil Bank Mandiri yang mengakui kondisi likuiditas tahun 2015 memang masih akan ketat. "Namun kami optimistis akan mulai ada perbaikan pada tahun depan, " kata Hery Gunardi, Direktur Mikro dan Ritel Bank Mandiri, Rabu (24/12).
Hery menegaskan jika anggaran pemerintah sudah mulai cair dan pemerintah mulai gencar melaksanakan pembangunan infrastruktur, bisa saja investasi asing lebih banyak masuk dan memperlonggar likuiditas. Hal ini jelas akan memberikan efek domino yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi.
Pada tahun 2015, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan DPK sebesar 16% hingga 18% dibandingkan tahun ini. Sementara pertumbuhan kredit, berada dikisaran 16%. "Ini merupakan penyesuaian kami terhadap kondisi likuiditas pada tahun depan. Kami optimistis, loan to deposit ratio akan terjaga di kisaran 85% hingga 86%," ujarnya.
Program promosi
Demi menggenjot DPK, manajemen BRI mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi. Salah satumya dengan memaksimalkan layanan marketing funding yang ada di tiap kantor cabang BRI. Selain itu. "Kami juga akan terus memaksimalkan berbagai program promosi untuk menarik dana lebih besar lagi," beber Baiquni.
Dari strategi pertumbuhan angka DPK yang lebih tinggi dari penyaluran kredit, lanjut Baiquni, tingkat loan to deposit ratio (LDR) BRI akan tetap terjaga di kisaran 76%–92%. Ini sesuai dengan batas aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) "Tahun depan LDR akan kami jaga di kisaran 85% hingga 92%," ujar Baiquni.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Oktober 2014, tingkat LDR bank umum saat ini masih dalam kisaran yang wajar, yakni 88,45%. Kondisi ini tak beda jauh dengan Oktober 2013 di posisi 89,47%. Adapun, total kredit yang dikucurkan bank umum hingga akhir Oktober 2014 mencapai Rp 3.403,65 triliun.
Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 12,42% dari posisi Oktober 2013 yang sejumlah Rp 3.027,45 triliun. Sementara total simpanan yang dikeduk oleh bank umum pada akhir Oktober 2014 mencapai Rp 3.848,27 triliun, tumbuh 13,72% dari Oktober 2013 yang sejumlah Rp 3.383,70 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News