kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kalah perang bunga, NIM bank kecil menyusut


Selasa, 18 September 2018 / 15:16 WIB
Kalah perang bunga, NIM bank kecil menyusut
ILUSTRASI. Pelayanan Nasabah Bank Dinar


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja perbankan terus menunjukkan perbaikan pada kuartal III 2018. Data yang diolah oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut pertumbuhan kredit pada bulan Juli 2018 naik 11,34% secara tahunan atau year on year (yoy), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar 8,2%.

Pertumbuhan kredit ini terjadi di seluruh kategori bank mulai BUKU I, III, III dan IV. Hanya saja, dari sisi rasio keuangan bank kecil yakni BUKU I dan BUKU II justru melambat. 

Hal ini terlihat dari margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) BUKU I yang menurun dari 5,89% pada Juli 2017 menjadi 5,62% per Juli 2018. Sedangkan bank BUKU II juga mencatatkan penurunan NIM dari 5,12% menjadi 4,92% secara tahunan di bulan Juli 2018.

Sejumlah bank kecil yang dihubungi Kontan.co.id mengakui meski kredit tetap tumbuh, kenaikannya tidak sesuai dengan harapan. Hal ini antara lain lantaran kondisi ekonomi yang masih belum stabil dibarengi dengan tren kenaikan bunga, yang diikuti pasca kenaikan Bank Indonesia (BI) 7 day reverse repo rate (7DRRR).

Direktur Utama PT Bank Mayora Irfanto Oeij mencontohkan, pada akhir semester I-2018 Bank Mayora baru menunjukkan pertumbuhan rata-rata kredit sebesar 8%-9% secara yoy. Jumlah tersebut berada di bawah ekspektasi Bank Mayora.

Berkaca dari hal tersebut, Bank Mayora memutuskan untuk merevisi target pertumbuhan kredit tahun ini dari 13%-14% menjadi hanya 8%-9%. "Hal ini lebih disebabkan karena kami melihat kondisi tahun 2018 masih belum kondusif," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (18/9).

Lebih lanjut, Irfanto mengatakan salah satu hambatan yang paling memberatkan bagi bank kecil yakni adanya perang bunga. Memang, bank kecil terutama BUKU I dan BUKU II cenderung masih mengandalkan dana pihak ketiga (DPK) sebagai pendanaan. Artinya, ketika bunga dana meningkat maka biaya dana atau cost of fund (COF) yang harus ditanggung menjadi meningkat.

Kondisi ini jelas berbeda dengan bank besar lain di BUKU III dan BUKU IV yang memiliki biaya dana lebih rendah. Dengan kata lain, bank BUKU III dan BUKU IV terbilang mampu menahan tingkat suku bunga kredit yang jauh dibandingkan BUKU I dan II.

Bank milik taipan ini mengakui sebagian nasabahnya yang pindah ke bank lain lantaran persaingan suku bunga. Dampaknya, selain kredit yang melambat. NIM Bank Mayora ikut susut 0,1%-0,3% dalam kurun waktu hitungan bulan.

Walau tak merinci, bank menyebut saat ini NIM masih berada di batas aman yakni di level 5%. Posisi ini akan diupayakan untuk dijaga oleh Bank Mayora hingga akhir tahun.

Sebagai gambaran saja, sampai Juli 2018 lalu Bank Mayora sudah menyalurkan kredit sebesar Rp 3,7 triliun atau tumbuh 11,11% secara tahunan.

Senada, Direktur Utama PT Bank Dinar Indonesia Tbk Hendra Lie mengungkapkan, dalam kondisi ekonomi seperti ini. Perbankan dituntut untuk kerja lebih ekstra bila ingin mendorong pertumbuhan. Terutama untuk bank-bank kecil di kategori BUKU I dan BUKU II.

"Bank BUKU I harus bekerja lebih giat lagi, di tengah perlambatan dan daya beli yang belum meningkat," ujarnya. Alasannya, saat ini pihaknya mencatatkan posisi COF per Agustus 2018 terbilang tinggi mencapai 6,4%.

Walau tidak merinci, Bank Dinar mengamini bahwa pasca bank sentral menaikkan bunga acuannya, COF Bank Dinar terus mengalami kenaikan akibat penyesuaian suku bunga.

Hendra beranggapan, jika dibandingkan dengan bank BUKU III dan BUKU IV jelas posisi COF Bank Dinar masih jauh di bawah. Namun, seiring dengan upaya peningkatan kinerja yang dilakukan oleh Bank Dinar, NIM bank justru naik walau tipis.

Hendra menyatakan per Agustus 2018 NIM Bank Dinar ada di level 4,3%. Posisi ini sedikit lebih tinggi jika dibandingkan posisi Juni 2018 sebesar 4,26%. "NIM tentu akan berpengaruh di tengah COF yang meningkat, karena di sisi kredit kami harus bisa menjaga agar debitur tidak tergoda ke tempat lain," ujarnya.

Sambil mendorong kecepatan dan layanan bisnis bagi nasabahnya, Hendra meyakini NIM Bank Dinar dapat terjaga di level 4,4% pada akhir tahun 2018. Namun, serupa dengan bank sebelumnya. Bank Dinar juga melakukan revisi target kredit tahun ini dari 17% pada awal tahun 2018 menjadi hanya satu digit di kisaran 8,5%.

Sebagai catatan, Bank Dinar sampai dengan Agustus 2018 sudah menyalurkan kredit sbeesar Rp 1,29 triliun. Posisi ini terbilang stagnan atau hanya tumbuh di bawa 1% dari capaian pada Agustus 2017 lalu.

Sementara itu, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan memang mengakui kalau kinerja bank BUKU I dan BUKU II tidak akan sekencang bank besar lain. Penyebab utamanya yakni, bank kecil tidak memiliki kemampuan bersaing sekuat bank besar di BUKU III dan BUKU IV dalam urusan suku bunga.

"Pastinya bank kecil biaya dana akan lebih tinggi dibandingkan bank besar. Itu matematis saja, bank dengan biaya dana yang rendah akan lebih punya ruang untuk menawarkan bunga yang bersaing. Apalagi dalam tren kenaikan bunga seperti saat ini," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×