Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kapitalisasi pasar emiten perbankan sepanjang tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan data Bloomberg, Jawara kapitalisasi pasar masih di tangan PT Bank Sentral Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100 ini) dengan total Rp 678,63 triliun, naik 8,69% sepanjang tahun ini.
Kemudian disusul oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100 ini) sebesar Rp 525,45 triliun yang meningkat cukup tinggi yakni 10,39%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100 ini) naik 7,41% menjadi Rp 352,33 triliun dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan kenaikan kapitalisasi pasar 9,62% menjadi Rp 179,49 triliun.
Di urutan kelima ada PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDBM) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 90,10 triliun tetapi turun 2,27%. Bank lain yang mencatatkan kenaikan kapitalisasi pasar cukup tinggi adalah Bank Mayapada dan Bank Sinarmas dengan kenaikan masing-masing 15,98% dan 16,28%.
Potensi kenaikan market capital BRI dan Bank Mandiri sejalan dengan kenaikan rating utang keduanya. Lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) baru-baru ini menaikkan peringkat BBRI naik menjadi BBB- dari BB+ karena dinilai memiliki manajemen risiko dan fokus yang baik pada kredit mikro sehingga terus mendukung kualitas asetnya di tengah volatilitas pasar mata uang dan komoditas.
Menurut Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, kenaikan kapitalisasi pasar saham perbankan didukung oleh profil keuangan yang solid dari sektor tersebut. Tahun lalu saat industri menghadapi tantangan yang berat banyak melakukan strukturisasi aset sehingga kualitas asetnya semakin membaik.
Hans melihat prospek bisnis dan saham perbankan tahun ini akan semakin membaik. The Fed kemungkinan tidak menaikkan suku bunga. Jika itu terjadi dan inflasi terjaga, dia meprekirakan BI tidak akan menaikkan suku bunga. "Dengan melihat profil bunga ke depan yang cenderung turun harusnya bisnis perbankan masih akan cukup menarik," kata Hans pada Kontan.co.id, Minggu (7/4).
Dengan bunga yang cenderung stabil, maka cost of Fund (CoF) yang akan ditanggung bank akan lebih murah. Selain itu, tambahnya, kurs rupiah juga stabil. Ini akan membuat iklim bisnis terkendali dan ekonomi akan tumbuh. Dengan kondisi tersebut, rasio non performing loan (NPL) bank akan semakin menurun.
Dengan bunga yang stabil memang Net Interest Margin (NIM) akan menurun. Hanya saja, menurut Hans perbankan terutama bank besar masih bisa memupuk pendapatan berbasis komisi (Fee based income) sehingga laba bersih bank masih akan bisa tetap tumbuh.
Sementara Bank BRI masih terus berkomitmen untuk menjaga kualitas asetnya. Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengungkapkan, perseroan akan menjaga NPL dikisaran 2%-2,2% tahun ini.
Untuk menjaga itu, BRI akan konsisten menerapkan prinsip prudential banking dalam menyalurkan kredit dan melakukan perbaikan dan meningkatkan monitoring dalam melakukan penyaluran kredit seperti melakukan digitalisasi penyaluran pinjaman sehingga penyaluran kredit lebih cepat dan lebih aman.
"Lalu, BRI akan membuat early warning system dan credit risk scoring melalui teknologi big data untuk lebih menjaga kualitas kredit BRI serta perbaikan strategi pertumbuhan kredit melalui pipeline management forum dengan fokus pada trickle down business." jelas Haru.
Tahun ini, BRI menargetkan pertumbuhan kredit 12%-14%. Realisasi kuartal I, diperkirakan Haru masih ada di kisaran target tersebut. Sementara NIM ditargetkan tumbuh 7,2%-7,4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News