Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan telah membeli Unit Karbon pada perdagangan perdana Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon) pada Selasa (26/9). Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mencatatkan, para pembeli unit karbon pada perdagangan perdananya hari ini didominasi oleh para pemain dari sektor perbankan.
Para pembeli unit karbon yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) , PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT BNI Sekuritas, dan PT BRI Danareksa Sekuritas.
Untuk diketahui, Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon telah secara resmi diluncurkan pada hari ini. Sejak perdagangan dibuka pukul 09.00 pagi tadi hingga pukul 11.00, tercatat perdagangan karbon sebanyak 459.953 ton CO2 equivalen (tCO2e) unit karbon dan terdapat sebanyak 24 kali transaksi.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Bursa Karbon Indonesia
Tujuan dari bank-bank turut berburu unit karbon dinilai Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira karena bank punya beberapa kepentingan.
Pertama, kata Bhima bank tertarik melakukan offset karbon karena sebagian bank masih terlibat dalam pembiayaan fossil atau sektor penyumbang emisi karbon. Kedua, bank ingin mengeluarkan produk kredit dengan jaminan unit karbon.
"Sebagai contoh ketika ada perusahaan memiliki unit karbon bisa dijaminkan untuk membiayai proyek komersial yang berkaitan dengan lingkungan. Karena skema pinjaman ini cukup besar potensinya," ucap Bhima kepada kontan.co.id, Selasa (26/9).
Sementara Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai, jika dilihat dari tipikalnya, bank-bank yang menjadi pembeli unit karbon memang sudah concern lama terkait Environmental, Social, dan Governance (ESG).
Baca Juga: Indonesia Stock Exchange (IDX) Officially Appointed as Carbon Exchange Organizer
"Menurut saya itu satu hal yang wajar. Tapi kan sebetulnya itu yang dibeli formatnya dalam rangka untuk apa? itu yang dipertanyakan kan, karena kalau secara langsung berhubungan dengan bisnis bank-bank itu tidak ada kecuali amanat regulator, atau keinginan, hasrat mereka untuk menyelamatkan lingkungan. Jadi itu lebih kepada concern management bank yang peduli akan hal itu," ujar Amin.
Di satu sisi kata Amin, bank-bank mungkin melihat kalau dari sisi bisnis, either mendatangkan keuntungan atau yang penting bank-bank tersebut turut berpartisipasi dalam program.
"Selain itu, pentingnya bagi bank, selain bahwa bank ada kelebihan "uang" maksudnya ini bagian dari ya sudah ini ajang dari buang-buang uang lewat CSR karena kita kan tidak tahu ke depan program ini akan seperti apa, karena sangat volatile sekali," tambah Amin.
Baca Juga: Simak Daftar Emiten yang Memiliki Relasi Dengan Bursa Karbon
Bahkan menurutnya, karbon-karbon ini isunya dihembuskan oleh negara-negara barat yang concern dengan itu, tetapi kadang-kadang negara-negara tersebut juga sering mengingkari, maksud mengingkari adalah mereka fokus ke ESG begitu perang Rusia-Ukraina, batubara dibuka lagi, jadi tidak konsisten.
"Jadi kalau kita ikuti, apa sih yang diharapkan bank-bank terkait hal ini? benar memang seperti itu tujuannya? jadi seperti bahasa saya yang saya katakan tadi, bank-bank ini "banyak uangnya" ingin berkorban di situ, jadi biarkan saja. Karena memang ketidakpastiannya sangat tinggi. Ini sedang heboh saja dengan euforia yang berbeda, nomenklatur yang berbeda, jadi sebenarnya isu karbon ini dari dulu sudah ada namun beda zaman aja," ujar Amin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News