Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transaksi nasabah perbankan lewat mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) maupun mesin setor tarik atau cash recycling machine (CRM) semakin berkurang sejalan dengan bergesernya transaksi ke kanal digital.
Kendati begitu, perbankan melihat peran ATM masih sangat diperlukan sebagai pilihan bagi nasabah dalam bertransaksi tunai ke depannya. Oleh karena itu, bank-bank besar tidak akan menambah jaringan ATM lagi tetapi fokus melakukan peremajaan ATM yang ada dengan mesin CRM.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai pemilik jaringan mesin ATM dan CRM terbanyak di Tanah Air misalnya, telah mencatatkan tren penurunan transaksi ATM/CRM, baik secara frekuensi maupun dari nilainya.
Kepala Divisi Distribusi dan Jaringan BRI, Aris Hartanto, mengatakan bahwa transaksi lewat ATM/CRM hingga Mei 2022 telah mengalami penurunan sebesar 15% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY).
Baca Juga: Naik Tipis, Bank Jatim Raup Laba Rp 815 Miliar di Semester I-2022
"Nasabah kini lebih banyak menggunakan transaksi mobile banking, BRImo," katanya pada Kontan.co.id baru-baru ini.
Berdasarkan tren transaksi yang ada, BRI memperkirakan transaksi ATM akan relatif turun sampai akhir tahun seiring dengan preferensi nasabah yang beralih ke mobile banking. Namun, bank ini akan tetap melakukan peremajaan perangkat ATM sebagai upaya ini untuk lebih meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah dengan menggantinya dengan CRM.
Aris menambahkan transaksi di ATM/CRM didominasi tarik tunai yakni sekitar 90% dari total transaksi tunai. Pada mesin CRM, frekuensi transaksi tarik tunai mencapai 60%, masih masih lebih tinggi dibanding transaksi setor tunai.
Jumlah ATM/CRM BRI hingga akhir Mei tercatat sebanyak 14.000-an. Menurut Aries, itu sudah turun dari akhir tahun lalu. Per akhir 2021, total mesin ATM BRI mencapai 14.463 unit atau turun 2.417 dari tahun sebelumnya. Sementara mesin CRM mencapai 7.407 unit atau naik 1.598 unit dari tahun 2020.
Senada, PT Bank Mandiri memperkirakan transaksi ATM dan CRM akan terus mengalami penurunan khususnya porsi transaksi non tunai seiring semakin gencarnya perseroan melakukan promosi adopsi Livin dan kemudahan yang didapat nasabah dalam bertransaksi digital.
Tetapi Bank Mandiri masih melihat bahwa ATM dan CRM tetap akan dibutuhkan oleh nasabah dalam beberapa waktu ke depan untuk memenuhi transaksi tunainya.
"Sehingga strategi kami ke depan adalah melakukan peremajaan ATM dengan menggantinya menggunakan mesin CRM," kata SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi.
Baca Juga: Hingga Semester I, Penyaluran KPR Subsidi BTN Tumbuh 14,8%
Walau sudah mulai terjadi pergeseran transaksi ATM/CRM ke Livin, jumlah transaksi di ATM/CRM hingga akhir Mei 2022 masih cenderung flat dengan nilai transaksi Rp 341 triliun. Adapun komposisi frekuensi transaksi tunai mencapai 77% dan non tunai 23%.
Sampai akhir Mei 2022, Bank Mandiri mengelola ATM & CRM sebanyak 13.000-an. Thomas bilang, jumlah ini tetap dikelola untuk menjaga pemenuhan kebutuhan uang tunai yang masih diperlukan nasabah.
Berdasarkan kajian salah satu lembaga survei independen, lanjutnya, saat ini luasnya ATM & CRM dari suatu bank masih tetap menjadi faktor utama bagi nasabah dalam memilih Bank untuk membuka tabungannya.
"Benar bahwa transaksi non tunai telah mengalami pergeseran cukup tinggi ke layanan internet banking, namun nilai perputaran uang tunai melalui ATM dan CRM cenderung stabil selama 2 tahun terakhir hingga saat ini yang menunjukkan kebutuhan tunai masyarakat masih cukup banyak," kata Thomas.
Sementara Hera F Haryn, EVP Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA mengatakan, pihaknya memandang bahwa mesin ATM masih menjadi salah satu andalan nasabah untuk mempermudah transaksi keuangan yang diperlukan oleh nasabah.
"Sebagai informasi, pada akhir Maret 2022, BCA melayani 30 juta rekening nasabah dan memproses sekitar 60 juta transaksi setiap harinya." jelasnya.
Sepanjang kuartal I 2022, BCA mencatatkan transaksi ATM sebanyak 515 juta. Capaian itu tumbuh 11% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY). Namun, Hera tak merinci berapa jenis transaksi off us dari total transaksi itu dan fee based income yang dihasilkan.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Bank Jatim Capai Rp 43,54 Triliun Pada Semester I-2022
Mencermati digitalisasi teknologi yang kini semakin dibutuhkan, BCA terus menawarkan beragam kemudahan bagi nasabah dalam bertransaksi finansial.Salah satu layanan yang ditawarkan BCA adalah fitur Setor dan Tarik Tunai Tanpa Kartu (cardless) di BCA mobile.
Potensi Fee Based Income dari ATM Masih Besar
Pembayaran tunai di Indonesia diperkirakan belum akan bisa dihilangkan. Sehingga keberadaan ATM akan menguntungkan bank-bank besar yang masih punya jaringan ATM luas saat ini. Pasalnya, nasabah-nasabah bank menengah dan kecil yang minim atau tak punya ATM akan beralih ke ATM yang tersedia manakala membutuhkan layanan transaksi tunai.
Apalagi perusahaan switching juga sudah mulai menghadirkan fasilitas tarik tunai antar bank tanpa kartu, seperti yang dilakukan PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa) selaku pengelola jaringan ATM Bersama. Artajasa telah memfasilitasi CIMB Niaga menjadi first mover Bank Acquirer dan Bank KB Bukopin menjadi first mover Bank Issuer untuk layanan tarik tunai tanpa kartu beda bank ini.
BRI mencatatkan fee based income yang cukup besar dari transaksi ATM. Aris Hartanto mengatakan, perseroan telah meraup fee based income Rp 520 miliar dari transaksi ATM maupun mesin setor tarik atau cash recycling machine (CRM) sepanjang semester I 2021.
Ia menambahkan, total transaksi mesin ATM dan CRM BRI telah mencapai 1,6 miliar transaksi. Sebagian besar transaksi itu masih didominasi jenis transaksi on us atau digunakan oleh nasabah BRI sendiri.
Sementara Bank Mandiri mencatatkan transaksi ATM sepanjang semester I 2022 sebanyak 513 juta dengan volume transaksi Rp 398 triliun. Thomas mengakui bahwa potensi fee based income dari transaksi kartu off us masih ada namun akan cenderung flat mengingat shifting transaksi dari ATM ke mobile banking.
Untuk menjaga FBI per transaksi dari eksisting layanan, Bank Mandiri tetap berupaya untuk menghadirkan terobosan layanan yang memudahkan nasabah dan masyarakat juga dapat menjadi sumber pendapatan baru bagi bank, misalnya cardless withdrawal yang saat ini telah dapat dilakukan untuk Livin by Mandiri, Linkaja dan iSaku.
Baca Juga: Penyaluran Kredit Tumbuh Apik, Bankir Makin Pede Target Tahun Ini Bakal Tercapai
Adapun Bank CIMB Niaga mencatatkan 600 juta transaksi ATM sepanjang 2021. Head of Secured Lending and Retail Deposit Business CIMB Niaga Christian Tjan menyatakan, sekitar 16 juta diantaranya merupakan transaksi off us. Bank ini tercatat memiliki 4.432 unit mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kerjasama dengan Artajasa dan Bank KB Bukopin dalam layanan tarik tunai tanpa kartu antar bank akan semakin mendorong pendapatan fee based income CIMB Niaga dari transaksi ATM ke depannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News