kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kejar Modal Inti Rp 3 Triliun, Bank Raya (AGRO) Bakal Tambah Modal di 2022


Jumat, 01 April 2022 / 14:32 WIB
Kejar Modal Inti Rp 3 Triliun, Bank Raya (AGRO) Bakal Tambah Modal di 2022
Direktur Utama Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) Kaspar Situmorang memberikan paparan usai RUPST di Jakarta, Kamis (31/3).


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Raya Indonesia Tbk akan memperkuat permodalan pada tahun ini. Terlebih, bank bersandi saham AGRO ini tengah melakukan transformasi menjadi bank digital.

Direktur Utama Bank Raya Kaspar Situmorang menyatakan ekuitas perseroan tercatat senilai Rp 2,46 triliun pada akhir 2021. Adapun capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal minimum berada di level 20,24% pada tahun lalu.

“Sedangkan modal inti tercatat sebesar Rp 2,08 triliun di 31 Desember 2021. Bank akan memenuhi ketentuan POJK 12 tahun 2020 tentang Konsolidasi Bank UMUM untuk mencapai modal inti minimum Rp 3 triliun. Sehingga, kami tahun ini akan menambah modal agar memenuhi ketentuan tersebut,” tuturnya secara virtual pada Kamis (31/3).

Pada tahun lalu, Bank Raya juga telah melaksanakan aksi korporasi dalam bentuk Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD). Ini juga menjadi langkah dalam memperkuat permodalan Bank Raya untuk memenuhi ketentuan regulator dalam pemenuhan modal inti minimal Rp2 triliun pada akhir tahun 2021.  

Baca Juga: Simak Strategi Bank Raya (AGRO) Tahun Ini Usai Merugi Rp 3,04 Triliun pada 2021

Melalui PMHMETD tersebut, pemegang saham telah menyerap secara optimal saham baru yang diterbitkan sebanyak 1.054.545.185 lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp 1.100 per lembar saham.

Dengan harga pelaksanaan tersebut, Bank Raya telah menghimpun dana sebesar Rp 1,16 triliun yang akan digunakan sepenuhnya untuk modal kerja Perseroan dalam rangka penyaluran dana berbentuk kredit berbasis digital.  

Bank Raya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap seluruh pemegang saham atas dukungan yang diberikan dalam PMHMETD Bank Raya.

Perseroan berharap hal ini dapat terus mendukung kinerja dan permodalan dalam waktu mendatang, sekaligus menjadi komitmen Bank Raya untuk terus bertumbuh dan memberikan manfaat bagi seluruh pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

Asal tahu saja, Bank Raya mencatatkan kerugian tahun berjalan 2021 sebesar Rp 3,04 triliun. Sedangkan pada tahun sebelumnya masih  meraup laba bersih Rp 31,26 miliar. Kerugian tersebut sejalan dengan bersih-bersih aset buruk yang dilakukan dalam rangka transformasi digital yang akan dilakukan.

 

Ia menyatakan kerugian ini terjadi lantaran perseroan melakukan pencukupan pencadangan senilai Rp 3,89 triliun. Hasilnya, Bank Raya melakukan hapus buku kredit bermasalah sebesar Rp 3,08 triliun.

“Pengelolaan tersebut harus dilakukan agar tidak menghambat laju transformasi menjadi bank digital. Sehingga pada tahun lalu non performing loan (NPL) gross  turun dari 4,97% di 2020 menjadi 3,98% pada 2021. Sedangkan NPL Net menjadi 0,04% di 2021 turun dari 2020 2,73%,” jelasnya.

Agar bisa membalikkan kondisi, Bank Raya telah menyiapkan langkah strategi menuju profit. Kaspar menyatakan terdapat dua strategi pertama mengoptimalkan ekosistem yang sudah ada.

“Kami membagi melalui ekosistem BRI sebesar 70% dari seluruh kegiatan kita tahun ini,  dan 30% lagi menggunakan ekosistem non BRI. Kedua, tahun ini bank raya lakukan berbagai langkah strategis dalam memperbaiki kinerja perseroan,” paparnya.

Oleh sebab itu, Bank Raya telah melakukan upaya menekan biaya, mengoptimalkan cross selling, optimalisasi layanan digital.  Tujuannya, agar operasional bisa lebih efisien dalam jangka panjang, kami berharap ini bisa mengakselerasi kinerja persero yang berkontribusi kepada profitabilitas.

Baca Juga: BRI: Bank Raya (AGRO) Tidak Akan Dikembangkan Jadi Fully Digital

“Kami juga melakukan pengelolaan beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Sehingga, tahun ini kita sudah pasti net profit. Pada Januari dan Februari, dan Maret kita sudah bukukan profit,” tegasnya.

Seiring dengan itu, telah mendapat mandat dari induk perusahaan agar bisa fokus memperbesar dana murah atau current account and saving account (CASA). Upaya menghimpun dana murah sebanyak, secepat, dan seluas mungkin telah dimasukkan ke dalam rencana bisnis bank.

Memang pada tahun lalu, bank bersandi saham AGRO ini mencatatkan penurunan aset sebesar 39,80% yoy dari Rp 28,02 triliun menjadi Rp 16,87 triliun di 2021. Ini terjadi karena penurunan penyaluran kredit dalam transformasi dan perubahan bisnis menjadi bank digital secara penuh.

Kredit turun 40,45% yoy dari Rp 19,49 triliun menjadi Rp 11,61 triliun di 2021. Himpunan dana pihak ketiga (DPK) juga ikut turun dari penurunan suku bunga dan perubahan fokus bisnis. Sehingga DPK turun 41,31% yoy dari Rp 23 triliun menjadi Rp 13,50 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×