Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Tak lama lagi, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) akan ikut menyalurkan kredit ke pengembang lewat program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Jika tak ada aral melintang, mulai minggu depan, bank dengan kode saham BBTN di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini akan mulai mengalirkan fasilitas FLPP ke pengembang.
Direktur Finance & Treasury BTN Iman Nugroho Soeko kepada KONTAN. CO.ID menuturkan, BTN kembali ikut dalam penyaluran FLPP untuk mendorong guyuran program tersebut agar sesuai target pemerintah. Pasalnya, hasil evaluasi dari Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PU-Pera), guyuran kredit FLPP belum memenuhi target.
“Dari 40 bank yang ikut program FLPP, masih ada bank yang belum mencapai target. Kami akan mendorong agar target FLPP bisa tercapai,” ujar Iman kepada KONTAN, Selasa (7/8). Hanya Iman belum menyebut besaran kredit FLPP yang akan disalurkan BTN.
Merujuk pemberitaan, target program FLPP Ditjen Pembiayaan Perumbahan Kementerian PU Pera tahun ini sebanyak 42.326 unit rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah atau MBR.Dengan target sebanyak itu, dana program FLPP yang harus disalurkan 40 bank sebesar Rp 4,5 triliun. Perinciannya Rp 2,2 triliun berasal dari DIPA dan Rp 2,3 triliun dari optimalisasi pengembalian pokok program tersebut.
Sumber KONTAN menyebut, hingga Agustus 2018, realisasi penyalurkan FLPP dari DIPA baru Rp 1 triliun-Rp 1,2 triliun dari target Rp 2,2 triliun. Artinya masih ada Rp 800 miliar sampai Rp 1 triliun yang harus dikejar oleh Kementerian PU Pera.
Menurut Iman, tak mudah bagi dalam penyaluran FLPP. Pasalnya, sasaran kredit program ini adalah para pengembang kecil yang membangun MBR. “Jadi ada resistensi risiko. Risikonya tinggi, ini yang menjadi masalah,” ujarnya Iman. Banyak bank yang belum memiliki pengalaman berhubungan dengan pengembang kecil. “Dan, kami berpengalaman di sini,” ujarnya.
BTN memang sempat tak ikut dalam program FLPP di tahun 2017. Pasalnya, BTN lebih berkonsentrasi dalam program subsidi selisih bunga (SSB) pemerintah. Permodalan BTN yang kuat menjadi alasan BTN absen di program FLPP. Apalagi, saat itu, pemerintah juga memangkas program FLPP. “Sekarang kami ikut lagi dan sudah dapat izin Menkeu serta Kementerian PU-Pera,” ujar Iman.
Bagi BTN, program FLPP maupun subsidi selisih bunga sama-sama memiliki daya tarik. Dengan masuknya BTN lagi di program FLPP maka BTN akan menandaskan dulu target yang diberikan pemerintah di FLPP. “Berapapun alokasi yang akan diberikan ke kami, ini yang akan kami habiskan, baru kemudian subsidi selisih bunga,” ujar Iman lagi.
Lantas berapa margin yang didapat dua program pemerintah atas rumah bersubdisi tersebut? Bagi Iman, subsidi selisih bunga atau FLPP, profit marginnya sama. “Hanya secara gross margin,lebih tinggi selisih subsidi bunga,” ujarnya. Bedanya jika program selisih bunga, BTN harus memperkuat sumber dana yang juga membutuhkan biaya dana simpanan. Beda dengan FLPP, bank menerima likuiditas dari pemerintah yang kemudian disalurkan.
Yang pasti, kata Iman, pertumbuhan bisnis bank yang fokus di perumahan ini hingga saat ini masih di atas industri dengan tumbuh di atas 20%. Merujuk kinerja BTN semester I 2018, BTN berhasil mengantongi laba bersih Rp 1,42 triliun. Laba ini naik 12,01% dibanding capaian BTN di periode sama tahun 2017. Laba ini bersumber dari kenaikan pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 4,77 triliun atau tumbuh 12,98%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News