Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Menjelang akhir tahun, Bank Indonesia (BI) kembali memberi kejutan, yakni menaikkan kembali bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%. Kabar dari Thamrin ini bisa memicu kegalauan di industri multifinance.
Sekadar diketahui, sumber duit perusahaan pembiayaan saat ini mayoritas masih dari perbankan. Jadi, ketika BI rate menanjak, bunga kredit bank bisa ikut naik dan meningkatkan biaya dana multifinance. Ujungnya, bunga pembiayaan pada konsumen juga bisa lebih mahal.
Sejauh ini, perusahaan pembiayaan masih belum akan menaikkan bunga pada konsumen. Mereka bilang, baru akan menaikkan bunga pembiayaan ketika bunga kredit bank naik dan mengerek biaya dana mereka.
Mereka mengaku melihat situasi dahulu, apakah akan ada kenaikan bunga dari perbankan. "Sementara ini kita jalankan bisnis seperti biasa," ujar Willy S. Dharma, Presiden Direktur Adira Dinamika Multi Finance, Minggu (17/11).
Berdasarkan catatan KONTAN, terakhir kali Adira menaikkan bunga pembiayaan pada awal September lalu dengan kenaikan antara 0,5% - 1% terimbas maraton kenaikan BI rate sejak Juni 2013.
Menurut Willy, bila perbankan menaikkan bunga kredit, pihaknya juga akan menaikkan bunga pembiayaan. "Mau tidak mau," ujar Willy. Besarannya tergantung pada besaran kenaikan bunga perbankan.
Direktur Utama Chandra Sakti Utama Leasing (CSUL), Suwandi Wiratno, melantunkan hal senada. Menurut dia, tidak serta merta multifinance menaikkan bunga pembiayaan pasca kenaikkan BI rate. "Kami masih menunggu bunga kredit dari bank," ujar dia.
CSUL terakhir kali mengerek bunga pembiayaan pada awal September 2013, sebesar 0,5%. Hingga Oktober, perusahaan pembiayaan grup Trakindo ini mengemas pembiayaan Rp 1,6 triliun dari target akhir tahun Rp 1,8 triliun.
Persaingan ketat
Perusahaan pembiayaan berpeluang membebankan bunga kredit lebih besar pada konsumen. Apalagi, perbankan juga mengindikasikan keinginan menaikkan bunga kredit setelah BI rate naik kembali beberapa hari lalu.
Namun, wajar saja jika perusahaan multifinance memilih menjaga level bunga saat ini. Mereka sebelumnya beramai-ramai sudah menaikkan bunga pada September dan Oktober sebesar 0,25%-1% lantaran BI rate terus menerus mekar.
Andaikan bunga lebih mahal, mereka khawatir, konsumen alergi mencari pembiayaan di sisa tahun ini. Padahal, pertumbuhan pembiayaan tahun ini sudah melambat.
Mengingatkan saja, rata-rata pertumbuhan pembiayaan berkisar 12% di tahun ini dibandingkan periode setahun sebelumnya. Padahal, sebelumnya, pertumbuhan bisa mencapai 16% per tahun.
Permintaan pembiayaan di semester kedua ini hanya berhasil mencetak pertumbuhan lumayan kencang di bulan Juli ketika menjelang hari raya Idul Fitri dan bulan September, ketika digelar Indonesia International Motor Show (IIMS).
Maka dari itu, kemungkinan besar, perusahaan multifinance juga ingin menjaga momentum liburan akhir tahun. Tujuannya, menggenjot pertumbuhan, dengan cara tidak menaikkan bunga.
Direktur Utama Indomobil Finance, Gunawan, menambahkan bahwa biasanya ada masa tunggu sebelum kenaikan suku bunga pembiayaan berlaku bagi konsumen multifinance. "Kami juga akan mempertimbangkan tingkat persaingan dan tingkat risiko selain biaya dana," ujar dia.
Lantaran perusahaan multifinance mempertahankan bunga sejak BI rate naik, untung mereka juga tergerus. Di akhir kuartal III, laba industri multifinance anjlok hingga 11% dibandingkan periode setahun sebelumnya.
Dalam menghadapi situasi ini, Adira Finance sudah menyiapkan strategi. Perusahaan akan mengencangkan ikat pinggang dan memilih efisiensi dan efektif beroperasi. Tujuannya, agar pertumbuhan biaya dana tidak lebih membengkak lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News