Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren suku bunga kredit perbankan sampai dengan akhir tahun lalu terus menunjukkan kenaikan. Di tahun 2019 ini, tren tersebut diprediksi belum akan berhenti.
Utamanya, hal tersebut dilakukan bank untuk menyesuaikan kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sejak bulan Mei 2018 yang berdampak pada kenaikan bunga dana alias simpanan.
Namun rupanya tidak seluruh jenis bunga kredit merangkak naik. Statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan suku bunga kredit modal kerja (KMK) relatif stabil sejak bulan Mei 2018. Hingga periode November 2018 rata-rata bunga KMK ada di level 10,51% bila dibandingkan dengan tahun lalu posisi ini turun dari 10,9%.
Pada tahun 2018 lalu, tingkat bunga KMK tertinggi tercatat hanya pada bulan Januari 2018 sebesar 10,75%. Sementara itu, untuk jenis kredit investasi (KI) per November 2018 ada di posisi 10,51% naik dari posisi bulan sebelumnya sebanyak 13 basis poin (bps).
Sementara tingkat bunga tertinggi terjadi pada jenis kredit konsumer (KK) yang mencapai 11,80% pada sembilan bulan pertama tahun lalu. Posisi ini justru turun sebanyak 3 bps dibandingkan bulan Oktober 2018.
Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id mengakui kalau hingga akhir tahun 2018 lalu sudah secara perlahan menyesuaikan tingkat bunga kredit.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya yang menyebut sudah menaikkan bunga kredit di kisaran 50 bps hingga 100 bps sepanjang tahun 2018. Direktur Resiko, Strategi dan Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso bilang tahun ini diperkirakan kenaikan bunga kredit hanya bersifat penyesuaian.
Sebab, kenaikan bunga acuan BI diprediksi tidak akan seagresif tahun lalu. "Kalau bunga kredit naik maka hanya proses kelanjutan dari tahun lalu. Besarannya pun tidak akan sebesar kenaikan BI 7DRRR," ujarnya Rabu (23/1).
Lebih lanjut Mahelan memprediksi puncak kenaikan bunga kredit secara penuh baru akan terjadi di akhir Semester I 2019. Pun, berdasarkan jenisnya, kredit konsumsi bakal terdampak paling besar lantaran sejauh ini memang bunga kredit ini paling banyak naik. "Kalau di BTN melihat portofolionya maka yang terkena imbas adalah kredit KPR Non Subsidi dan Konstruksi," imbuhnya.
Sebagai gambaran saja, merujuk suku bunga dasar kredit (SBDK) BTN per 31 Desember 2018 tercatat bunga kredit korporasi ada di posisi 11,25% dan bunga kredit ritel 11,5%. Sementara kredit konsumsi KPR di 10,5% dan non KPR 11,5%.
Senada, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja menilai tahun ini masih akan ada penyesuaian bunga kredit secara bertahap untuk menyesuaikan kenaikan BI 7DRRR sebanyak 175 bps tahun lalu. "Di sisi dana 2018 baru diimbangi belum dari sisi bunga kredit. Semua jenis kredit pastinya akan terdampak," ujarnya.
Menurutnya, tren kenaikkan bunga kredit masih akan berlanjut di tahun ini, tergantung dari kondisi ekonomi makro domestik maupun global.
Setali tiga uang, PT Bank Mayapada Internasional Tbk menyebut di tahun lalu pihaknya telah menaikkan bunga kredit secara rata-rata sebesar 50 basis poin. "Suku bunga kredit masih bisa naik, tergantung kebutuhan likuiditas di pasar yang otomatis terkait dengan bunga dana," tutur Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi.
Bank bersandi bursa MAYA ini menambahkan, saat ini kondisi likuiditas di pasar sudah mulai stabil. Dus, hal serupa juga diprediksi bakal terjadi pada bunga kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News