Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejalan dengan pertumbuhan kredit yang mulai menanjak, aset perbankan pun ikut terkerek. Dalam statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per November 2018 total aset bank umum mencapai Rp 7.877,83 triliun. Jumlah ini meningkat 9,07% secara tahunan atau year on year (yoy).
Bila dirinci, berdasarkan kelompok usaha (BUKU) tercatat kelas BUKU IV masih mendominasi aset perbankan dengan realisasi menembus Rp 3.977,54 triliun atau 50,49% dari total aset bank umum. Aset BUKU IV juga tercatat naik sebanyak 11,46% secara yoy pada bulan November 2018 lalu.
Bukan hanya BUKU IV, kelompok BUKU IV juga mencatatkan pertumbuhan signifikan sebanyak 10,7% pada bulan yang sama menjadi Rp 2.697,98.
Adapun, dari total aset perbankan tersebut, sebanyak 62,45% dikuasai oleh 10 bank besar di Indonesia yang sampai November 2018 telah mencapai Rp 4.920,41 triliun.
Kendati tantangan pertumbuhan masih akan ketat di tahun ini pasca Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga acuannya sejak tahun lalu. Sejumlah bank tetap optimistis aset masih bisa melaju deras tahun ini terutama dari kalangan bank menengah dan kecil.
PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya yang menargetkan pertumbuhan aset tetap bisa naik 10% tahun ini. Peningkatan ini baru bisa diraih dengan catatan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sejalan di atas 10%.
Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha bilang, target tersebut memang lebih rendah dari realisasi pertumbuhan aset Bank Jatim sepanjang tahun 2018 yang menembus 20%.
Alasan Bank Jatim menaruh target rendah untuk aset dikarenakan pihaknya akan merekomposisi dana pihak ketiga (DPK) dengan fokus di dana murah.
"Tahun ini kami mau fokus pertumbuhan dana murah, dan lebih selektif untuk meningkatkan LDR (loan to deposit ratio) dan menjaga biaya dana," terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (22/1).
Sementara itu, PT Bank BRI Agroniaga Tbk justru memasang target tinggi tahun ini dari segi aset. Direktur Utama BRI Agro Agus Noorsanto yakin tahun ini aset perseroan dapat tumbuh di kisaran 35% sampai 40%. Hal ini bisa diraih dengan perkiraan pertumbuhan kredit tahun ini yang dinilai mampu menyentuh 30%.
Sebabnya, pada tahun lalu secara pragnosa pertumbuhan aset BRI Agro cukup tinggi yakni mencapai 40% sejalan dengan kenaikan kredit.
Tak hanya memasang target pertumbuhan yang tetap tinggi, tahun ini aset sejumlah bank dipastikan akan melonjak. Pasalnya, di 2019 akan ada banyak aksi korporasi perbankan mulai dari rencana akuisisi bank kecil hingga penggabungan usaha alias merger.
Salah satunya yakni penggabungan PT Bank Danamon Indonesia Tbk dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BNP) yang diprediksi selesai pada Mei 2018 pasca saham Danamon diborong oleh MUFG Bank.
Artinya, memakai laporan keuangan pada periode kuartal III 2018 lalu kelak total aset gabungan dua bank ini setidaknya bakal mencapai Rp 186,52 triliun.
Selain dua bank ini, ada beberapa bank lain yang merencanakan merger di tahun ini. Semisal PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).
Lalu ada pula rencana penggabungan PT Bank Dinar Indonesia Tbk dengan PT Bank Oke Indonesia yang diprediksi rampung di bulan Maret 2019 mendatang.
Serta rencana merger PT Bank Agris Tbk dengan PT Bank Mitraniaga Tbk pasca dibeli oleh Industrial Bank of Korea.
Sementara itu, tahun ini PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga bakal merampungkan rencana akusisi satu bank kecil yang sudah diisyaratkan sejak tahun lalu.
Sebelumnya, BCA menyebut akan mengakuisisi dua bank kecil dengan syarat perusahaan non Terbuka (Tbk) dengan total aset sebesar Rp 1 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News