kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kenaikan Harga BBM Berpotensi Mengerek NPF Multifinance


Minggu, 25 September 2022 / 18:46 WIB
Kenaikan Harga BBM Berpotensi Mengerek NPF Multifinance
ILUSTRASI. Kinerja industri multifinance kini dibayangi tantangan inflasi dan kenaikan harga bahan bakar minyak.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri multifinance kini dibayangi tantangan inflasi dan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang bisa berdampak pada penurunan daya bayar nasabah dan berimbas pada tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) multifinance.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, NPF multifinance per Juli 2022 tercatat mulai alami perbaikan ke level 2,72% turun dari Juni yang berada di level 2,81% dan jauh lebih baik dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,95%.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, bahwa gejolak ekonomi, juga adanya kenaikan BBM subsidi akan berdampak pada bisnis multifinance, salah satunya mendongkrak kenaikan rasio NPF perusahaan pembiayaan. 

"Dampaknya bisa kepada penyaluran pembiayaan baru juga kepada pembiayaan bermasalah. Kenaikan harga BBM bisa membuat masyarakat lebih konservatif terhadap pengeluaran, termasuk menyangkut pembayaran angsurannya. Tapi dampaknya mungkin tidak akan banyak di tahun ini, mungkin akan lebih terasa di 2023 karena ada penyesuaian-penyesuaian," kata Suwandi kepada kontan.co.id.

Baca Juga: Beberapa Saham Grup Panin Naik Signifikan, Begini Rekomendasi Sahamnya

Oleh karena itu, kata Suwandi para pelaku industri multifinance harus tetap menjalankan perusahaan dengan asas kehati-hatian, tata kelola yang baik, dan memperhatikan faktor perekonomian nasional dan global. Walau begitu, dia optimistis di tahun ini perusahaan pembiayaan mampu membukukan pertumbuhan positif pada piutang pembiayaan.

Sebagai gambaran, hingga semester I/2022, piutang pembiayaan multifinance meningkat secara tahunan sebesar 4,98% menjadi Rp 405,95 triliun.

Salah satu perusahaan pembiayaan, CIMB Niaga Finance mengaku, nilai NPF CIMB Niaga Finance pada periode Agustus 2022 ada di 1,18%, membaik dari periode yang sama tahun 2021 sebesar 1,67%.

Presiden Direktur CIMB Niaga Finance (CNAF) Ristiawan Suherman mengatakan, kondisi ekonomi makro di paruh kedua tahun ini memang lebih menantang. Perusahaan tengah melakukan evaluasi atas dampak peningkatan harga BBM yang diikuti peningkatan inflasi.

"Dengan adanya kenaikan inflasi sudah pasti akan berdampak kepada penurunan bayar nasabah. Karena prioritas pembayaran angsuran bisa langsung tergeser untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari," kata Ristiawan.

Baca Juga: BRI Finance Targetkan Pembiayaan Kendaraan Listrik Capai 2% dari Portofolio

Kendati demikian, ia mengaku akan tetap mengupayakan NPF bisa berada di bawah 1% dan di targetkan tidak melebihi posisi tahun sebelumnya. Dalam menjaga kesehatan akun kelolaan, perusahaan pun mengedepankan prinsip kehati hatian dalam pemberian kredit terhadap nasabah.

"Data Sistem Informasi Layanan Keuangan atau SLIK, Rapindo dan internal mesin skoring menjadi basis data dan informasi kunci dalam pengambilan keputusan bagi kredit komite," kata Ristiawan.

Di sisi lain, piutang pembiayaan CNAF hingga Agustus 2022 tercatat mencapai Rp 5,75 triliun atau meningkat sebesar 72% dari periode yang sama di tahun 2021 sebesar Rp 3,33 triliun. Dia mengatakan, semua produk seperti pembiayaan mobil baru, mobil bekas dan pembiayaan dana tunai berkontribusi sangat tinggi terhadap pertumbuhan realisasi kredit tahun 2022 ini.

Baca Juga: Inilah Saham Yang Cuan dan Boncos dari Kenaikan Bunga

Sementara itu, Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo mengaku trend NPF saat ini ada di kisaran 1%. Dia optimistis kenaikan harga BBM dan inflasi tidak berpengaruh signifikan karena melihat pertumbuhan bisnis otomotif & pemulihan pandemi covid.

"Kemungkinan hanya shifting sebagian pembelian unit dari mobil cc besar yang menggunakan BBM besar ke mobil cc kecil atau hybrid/listrik," kata Harjanto.

Harjanto menyebut NPF sampai dengan akhir tahun bisa berpotensi meningkat di kisaran 1,2% sd 1,3%. Kendati demikian, dalam menjaga rasio NPF, perusahaan melakukan verifikasi customer yang lebih ketat, hal ini terbantu dengan adanya Slik dan DataDucapil.

Baca Juga: Menilik Prospek Saham Emiten Multifinance di Tengah Kenaikan Suku Bunga

"Dan saat ini sedang progress credit engine scoring dimana kami bisa mengevaluasi customer lebih dalam. Akses ke e-commerce, telkom, dan lain-lain sangat membantu," ujar Harjanto.

Selain itu, Clipan menjaga profil portofolio mobil komersial sekitar 20%, karena cukup rentan terhadap pergerakan ekonomi. Clipan pun , menjaga profil risiko dengan komposisi DP setidaknya 20% berkisar 40%, tetap membuka peluang restrukturisasi terbatas bagi industri-industri yang belum pulih.

Di sisi lain, kata Harjanto secara umum piutang pembiayaan/asset kelola sudah kembali tumbuh, khususnya di pembiayaan mobil baru. Ia memproyeksikan nilai piutang sampai dengan akhir 2022 mencapai Rp 8 triliun. Dengan produk pembiayaan yang berkontribusi kepada industri, diantaranya pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja, pembiayaan installment financing/consumer financing, pembiayaan dana tunai.

Baca Juga: Perusahaan Pembiayaan Lebih Selektif dalam Menyalurkan Pembiayaan Elektronik

Direktur Utama Mandiri Utama Finance (MUF) Stanley Setia Atmadja juga mengatakan, NPF MUF hingga saat ini masih dalam tren yang baik. Sementara terkait potensi kenaikan NPF dampak kenaikan BBM dan inflasi, pihaknya terus waspada melakukan pantauan, walau sementara ini (hingga periode Sep-22) belum tampak adanya kenaikan.

"Kami memproyeksikan NPF sampai akhir tahun masih akan terjaga di bawah 1%. Inisiatif untuk menjaga NPF tetap baik adalah closed monitoring atas semua portfolio, salah satunya melalui disiplin memperhatikan indikator-indikator kualitas mulai dari early warning indicators," kata Stanley. 

Di sisi lain, nilai piutang pembiayaan yang dikelola perusahaan masih tumbuh, posisi Agustus 2022 tumbuh YoY 48% atau mencapai Rp 21 triliun. Dan diproyeksikan akan melampaui nilai Rp 23 triliun hingga akhir tahun. Menurut Stanley, produk pembiayaan yang akan berkontribusi kepada industri terbesar tetap produk pembiayaan otomotif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×