kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kenaikan suku bunga kredit belum pengaruhi kegiatan P2P lending


Senin, 08 Oktober 2018 / 20:22 WIB
Kenaikan suku bunga kredit belum pengaruhi kegiatan P2P lending
ILUSTRASI. Peluncuran aplikasi Akseleran


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga kredit belum banyak mempengaruhi kegiatan teknologi finansial (tekfin) berbasis peer to peer (P2P) lending. Sebaliknya, kenaikan suku bunga kredit yang ditawarkan pemain P2P lending jadi lebih kompetitif.

Industri bank tengah berancang-ancang mengerek bunga kredit guna mengimbangi kenaikan biaya dana atau cost of fund imbas peningkatan bunga deposito yang sudah naik sejak Mei lalu. Kenaikan bunga bervariatif pada setiap bank yakni sekitar 25 basis poin (bps) hingga 100 bps.

Di tengah kenaikan suku bunga kredit, Christopher Gultom, Chief Credit Officer & Co-Founder Akseleran mengatakan, kenaikan tingkat suku bunga kredit akibat kenaikan suku bunga Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate belum memberikan pengaruh signifikan pada kegiatan P2P lending, seperti Akseleran. Christopher pun belum melakukan penyesuaian terhadap suku bunga di Akseleran.

Christopher beralasan suku bunga di P2P lending masih lebih tinggi dibandingkan suku bunga perbankan, yang sebesar 12%-14% per tahun sebelum kenaikan suku bunga 25 bps. Sedangkan, sebagai perbandingan rata-rata suku bunga di Akseleran sebesar 18%-21% per tahun untuk para debitur.

"Dengan adanya kenaikan suku bunga, sebenarnya kami sebagai pemain P2P lending cukup diuntungkan karena bunga perbankan naik, sehingga bunga kami terasa lebih kompetitif," kata Christopher., Senin (8/10).

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan meski suku bunga P2P lending lebih tinggi instrumen pendanaan ini akan tetap dilirik masyarakat karena fleksibilitas dan kemudahan yang ditawarkan P2P lending.

"Misalnya, masyarakat ada yang berpikir daripada pinjam ke bank dengan syarat jaminan aset berupa tanah atau bangunan yang tidak dimiliki, lebih baik coba pinjam ke P2P lending," kata Bhima.

Christopher menambahkan di Indonesia masih tinggi gap kebutuhan pembiayaan kepada para pelaku usaha yang mencapai Rp 1.000 triliun. Christopher berharap Akseleran bisa mempertipis gap tersebut melalui kemudahan akses pembiayaan dengan agunan yang fleksibel dan beda dengan yang ditawarkan industri perbankan maupun lembaga keuangan konvensional lainnya.

Sekedar informasi, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, total pembiayaan yang tersalurkan perusahaan P2P lending per Agustus 2018 sebesar Rp 10 triliun. Angka ini menurut Christopher rendah, sehingga potensi P2P lending untuk bertumbuh masih terbuka lebar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×