Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja bank-bank kecil masih tertekan oleh keagresifan bank beraset gemuk. Perolehan laba bank yang masuk kelompok BUKU 1 dan BUKU 2 masih tergerus. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2018, Laba bersih bank BUKU 1 turun secara tahunan atau year on year (yoy) sebesar 20,61%. Sedangkan laba bersih bank BUKU 2 tergerus hingga 23,64% yoy.
Penurunan laba ini, lantaran penyaluran kredit bank kecil masih lesu. Kredit bank BUKU 1 tumbuh stagnan di posisi 2,98% yoy menjadi Rp 42,5 triliun. Sedangkan pertumbuhan bank BUKU 2 turun 12,39% yoy menjadi Rp 502,47 triliun. Menghadapi pertumbuhan kredit yang masih stagnan, bank kecil merevisi target penyaluran KUR.
Salah satu bank kelompok BUKU 2, PT Bank Mayora merevisi rencana bisnis bank khurusnya untuk target penyaluran kredit di 2018 menjadi 8%-9% yoy. Awalnya Bank Mayora memprediksi dapat menyalurkan sebesar 13%-14% yoy. Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij bilang rata-rata pertumbuhan kredit bank kelompok BUKU 1 dan 2 cenderung menurun di sepanjang paruh pertama 2018.
"Hal ini diakibatkan belum pulih seutuhnya kondisi ekonomi di mana nasabah menjaga untuk tidak melakukan investasi. Bahkan mereka cenderung untuk mengurangi biaya di antaranya biaya kredit. Selain itu juga masih ada tekanan dari bank kelompok BUKU 3 dan 4," ujar Irfanto kepada Kontan.co.id pada Minggu (8/7).
Irfanto menyembut, pada semester 1 2018, pertumbuhan kredit Bank Mayora mencapai 8%-9% yoy. Asal tahu saja, dalam laporan keuangan, Juni 2017 penyaluran kredit Bank Mayora Rp 3,45 triliun. Bank akan mempertahankan rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) di kisaran 2,7% - 2,9%. Sedangkan target laba hingga akhir tahun mencapai Rp 50 miliar.
"Meskipun merevisi target kredit di RBB, kita tidak melakukan revisi target himpunan dana pihak ketiga (DPK). Dikarenakan pertumbuhan DPK mengikuti pertumbuhan kredit," pungkas Irfanto. Per Mei 2018, dalam laporan keuangan, pengimpunan DPK Bank Mayora mengalami penurunan 0,88% menjadi Rp 4,49 triliun.
Pada paruh kedua 2018 ini, Bank Mayora akan terus mengenjot penyaluran kredit di sektor perdangangan. Guna mempertahankan kinerja positif, Ifranto menjalankan strategi akan fokus pada maintanance nasabah yang sudah ada, melakukan efisiensi, serta mencari nasabah-nasabah potensial yang bisa digarap.
Terkait kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral, Irfanto mengatakan Bank Mayora akan melakukan penyesuaian suku bunga kredit dengan menaikkan bunga dengan kisaran 25 basis poin (bps) hingga 50 bps.
Salah satu Bank BUKU 1, PT Bank Dinar Indonesia Tbk, juga mengalami hal yang sama. Menurut Direktur Utama Bank Dinar, Hendra Lie, pihaknya telah merevisi rencana bisnis bank (RBB), baik kredit, DPK, maupun laba yang hendak dicapai.
Awalnya, manajemen membidik pertumbuhan kredit di level 17,5% dan DPK 12,5% pada akhir tahun. Sayang, Hendra tidak merinci target baru. Namun Hendra menuturkan, pada semester 1, pertumbuhan kredit Bank Dinar naik tipis 2,27% yoy menjadi Rp 1,35 triliun. Sedangkan DPK tumbuh 8,58% yoy menjadi Rp 1,77 triliun. Target NPL di akhir tahun pada posisi 2,1%.
"Peyaluran kredit Bank BUKU 1 pada semester 1 2018, umumnya melambat. Bank BUKU 1 beratnya di lending rate. Bank kelompok Buku 3 dan 4 landing rate-nya mungkin di 10,5% - 11%. Sedangkan Bank BUKU 1 di 13%," ujar Hendra kepada Kontan.co.id, Minggu (8/7).
Hingga akhir tahun, Bank Dinar masih akan fokus pada penyaluran untuk kredit usaha kecil atau small and medium enterprise (SME). Bank Dinar sendiri sudah menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan bank sentral dengan menaikan bunga kredit baru 0,5% menjadi 13,5%. Sedangkan untuk kredit yang tengah berjalan, pihaknya masih mereview.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News