kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja kredit ekspor-impor bank bervariasi di dua bulan pertama tahun ini


Kamis, 21 Maret 2019 / 14:59 WIB
Kinerja kredit ekspor-impor bank bervariasi di dua bulan pertama tahun ini


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit ekspor impor perbankan selama dua bulan pertama tahun ini cukup beragam meskipun kinerja ekspor dan impor secara nasional mengalami perlambatan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan, kinerja ekspor Februari 2019 turun 10,03% dibanding bulan sebelumnya dan juga turun 11,33% secara year on year (yoy). Sementara nilai impor turun lebih tajam sebesar 18,61% dibanding Januari dan turun 14,02% yoy.

Salah satu bank yang mengalami perlambatan sejalan dengan kinerja ekspor impor Indonesia adalah PT Bank OCBC Nisp Tbk (NISP). "Pertumbuhan kredit ekspor dan impor kami berada di zona negatif seiring dengan tren industri." ungkap Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja pada Kontan.co.id, Kamis (21/3).

Hanya saja, Parwati tidak menyebutkan berapa penurunan kredit ekspor dan impor OCBC Nisp sepanjang awal tahun ini. Sektor yang dilayani bank ini untuk fasilitas kredit ekspor impor cukup beragam mulai dari pertambangan, perkebunan, dan manufaktur.

OCBC NISP memperkirakan prospek penyaluran kredit ekspor impor sampai penghujung tahun akan relatif tumbuh moderat. Realisasinya ditaksir tidak akan jauh berbeda dari tahun 2018.

Namun, berbeda dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Bank pelat merah yang merupakan anggota indeks Kompas100 ini mencatatkan pertumbuhan kredit ekspor impor sebesar 36% secara yoy sepanjang Januari-Februari 2019. "Kredit ekspor tumbuh 16% yoy dan kredit impor tumbuh sedikit di atasnya." ungkap Bob Tyasika Ananta, Direktur Manajemen Risiko BNI.

Fasilitas kredit ekspor BNI banyak disalurkan ke sektor perindustrian khususnya yang berkaitan dengan kertas dan bubur kertas. Sementara di sisi impor tercatat cukup banyak diberikan kepada sektor kelistrikan yang berkaitan dengan pembangunan (konstruksi) power plant.

Dengan melihat pertumbuhan yang cukup baik sepanjang dua bulan pertama tersebut, BNI memandang penyaluran kredit berorientasi ekspor impor di tahun 2019 masih memiliki peluang pertumbuhan yang kurang lebih sama dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu, realisasi kredit jenis ini di BNI tumbuh sekitar 34,6% yoy.

Sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga berharap pertumbuhan kredit ekspor impor masih akan berlanjut di awal tahun. Tahun lalu, bank kategori BUKU IV ini mencatatkan kredit ekspor sebesar Rp 1,9 triliun dan impor Rp 6,1 triliun.

Eksposur kredit ekspor-impor BCA memang masih relatif rendah lantaran sebagian besar nasabah masih memilih menggunakan fasilitas modal kerja dibandingkan fasilitas khusus ekspor impor. "Namun pertumbuhannya diharapkan masih akan berlanjut di awal tahun ini." kata Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan BCA.

Sektor yang banyak menggunakan fasilitas kredit ekspor impor Bank BCA adalah sektor bahan bangunan dan besi konstruksi lainnya serta sektor yang terkait tekstil. Jan mengatakan, pihaknya akan terus mencermati peluang penyaluran kredit jenis ini ke depan dan menyediakan fasilitas kredit tersebut sesuai kebutuhan nasabah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×