Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) optimistis menyongsong tahun 2024 dengan melanjutkan kinerja impressif seperti tahun lalu. Optimisme tersebut sejalan dengan konsistensi perseroan untuk menjaga pertumbuhan dua digit.
Sejalan dengan itu, kinerja saham bank berkode BRIS ini juga terpantau terus naik. Selama sepekan saham BRIS menguat 16,67%, sementara jika dilihat secara year to date (ytd), saham BRIS berada pada level hijau yakni 36,78%.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji Gusta mengatakan tren kenaikan saham tersebut disebabkan oleh kinerja BSI yang terus mengalami kenaikan sepanjang 2023.
"Menurut saya wajar karena kinerja labanya bagus dan bisnis syariahnya juga bagus, ke depan juga tren bakal bagus seiring dengan kesadaran investasi masyarakat di segmen syariah," kata Nafan kepada Kontan, Kamis (1/2).
Baca Juga: Tampil Beda, BRIS Satu-Satunya Saham Bank Syariah Pencetak Yield Positif di Awal 2024
Nafan merekomendasikan untuk hold saham BRIS dengan target harga Rp 2.420.
Sementara itu terkait dengan rencana bisnis BSI di tahun ini, Direktur Utama BSI Hery Gunardi juga telah mematok target laba bersih tahun ini di atas 30%. Untuk mencapai target tersebut Hery menyebut pihaknya bakal menggenjot kinerja pembiayaan tahun ini, khususnya di segmen konsumsi namun juga bakal terus berupaya menyeimbangkan segmen korporasi dengan menyasar debitur lebih selektif. Setidaknya BSI mematok target penyaluran pembiayaan tahun ini tumbuh di kisaran 16% sampai 19% dsecara tahunan (year on year/yoy).
Di lain sisi terkait dengan aksi korporasi di tahun 2024, perseroan selalu terbuka dengan peluang ekspansi maupun akuisisi dengan menyesuaikan kebutuhan dan situasi yang ada. Namun, di samping agresif dalam melakukan ekspansi, Hery menyebut penting untuk mengelola modal dan ketersediaan dana dengan optimal.
Pasalnya, hingga saat ini BSI masih belum mendapatkan titik terang terkait investor yang bakal menggantikan posisi BRI dan BNI sebagai pemegang saham yang rencananya bakal melakukan divestasi saham.
“Ini lebih ke domain pemegang saham. Saat ini, pertimbangan soal strategic investor ataupun pola yang lain sedang dikaji lebih jauh [oleh para pemegang saham],” ucapnya, Kamis (1/2).
Sebelumnya, saat penjajakan investor ke Timur Tengah, para calon investor tersebut menginginkan saham BSI dengan komposisi sebesar 15%-20%. Adapun tawaran yang diberikan berkisar di angka 10% hingga 11%. Sehingga hal tersebut masih menjadi kendala dalam kesepakatan pengendali saham dalam hal ini Bank Mandiri, BRI dan BNI perlu melakukan diskusi ulang terkait hal itu.
Saat ini, berdasarkan data RTI Business, komposisi pemegang saham BSI per 31 Desember 2023, terdiri atas Bank Mandiri yang menggenggam 51,74% saham, diikuti BNI sebesar 23,24%, dan BRI mencapai 15,38%. Sementara itu, kepemilikan publik atas saham BSI sebesar 9,87%.
Baca Juga: Laba BSI (BRIS) Melesat 33,88% di 2023, Dirut BSI Ungkap Pendorongnya
Adapun ke depannya, BSI bakal lebih fokus pada pengembangan dan pengoptimalan bisnis yang ada saat ini. Salah satunya adalah terkait dengan pembukaan kantor cabang BSI di Arab Saudi, Hery mengatakan rencana tersebut masih terus berlanjut mengingat target permbukaan di Saudi sudah mempertimbangkan model bisnis syariah yang memiliki potensi besar.
"Pertimbangan kita untuk membuka kantor cabang lagi setelah Dubai salah satunya hubungan kerjasama yang baik antara Indonesia dan Saudi, dan potensi yang besar adalah haji dan umroh," kata dia.
Adapun sepanjang 2023, BSI mencatat pencapaian laba yang tumbuh 33,88% (yoy) menjadi Rp5,70 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News