Reporter: Sri Sayekti | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bahaso, Aminin, FundEx, Asia Digital Academy (ADA) dan TC Invest Syariah menggelar kegiatan rapat kerja (raker) bersama di Jakarta membahas rencana bisnis, kolaborasi dan inovasi untuk membangun optimisme dan mendukung suksesnya program Asta Cita dari pemerintah, khususnya dalam pengembangan pendidikan pelatihan, fintech, lembaga keuangan non-bank, dan sektor haji/ umroh.
Raker yang digelar Senin (3/3/2025) dibuka resmi founder Royalindo Group yang juga President & CEO TC Invest Group Dr Iqbal Alan Abdullah, MSc dan dihadiri Penasihat Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional Tahun 2024-2029 Bambang Brodjonegoro, sejumlah angel investor, dan para CEO masing-masing Perusahaan pada Sabtu-Minggu (22-23/2/2025).
Terlihat President & CEO Bahaso Allana Abdullah, dan Managing Director Bahaso Adji Srihandoyo; Kepala Eksekutif Asia Digital Academy (ADA) Andhi Musthofa, CEO FundEx Agung Wibowo dan Direktur Investasi Farid Nugraha; Direktur Aminin Travel Haji Umroh Dr Azizah Zuhriyah, dan Area Manager TC Invest Syariah Indra Permana.
Menurut Dr Iqbal Alan Abdullah, MSc isu pendidikan dan pelatihan, menjadi sangat penting di era digital dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Begitupun dengan investasi atau pendanaan, hingga pelayanan haji dan umrah hingga ekonomi syariah. Pihaknya ingin melakukan sinergi dan kolaborasi diantara entitas bisnis ini untuk memperkuat bisnis dan mendukung Asta Cita.
“Sebab kita lihat sejumlah misi pemerintah itu sejalan dengan kita, terutama dalam meningkatkan lapangan kerja berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif; penguatan pembangunan SDM, sains dan teknologi, pendidikan; melanjutkan hilirisasi untuk menciptakan nilai tambah, khususnya terhadap prioritas swasembada pangan, energi, dan air. Setidaknya kita ingin membangun optimisme dalam kondisi global yang penuh tantangan,” kata Iqbal Alan Abdullah.
Baca Juga: Menyoroti Regulasi Fintech di Indonesia
Iqbal mengingatkan pentingnya inovasi dan kolaborasi semua entitas bisnis ini untuk saling bersinergi. “Inovasi dan kolaborasi itu kuncinya. Kita terus beradaptasi dan berpikir kreatif, bisnis bisa bertahan dan berkembang dalam persaingan! Kemudian dengan kolaborasi kita melihat peluang pasar secara bersama, memanfaatkan secara bersama dan mengambil benefit secara bersama,” sambung Iqbal.
Managing Director Bahaso Adji Srihandoyo mengatakan, kolaborasi menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ekonomi 2025, dan mewujudkan visi menjadi inovator terkemuka di bidang kecerdasan buatan, mendorong masa depan teknologi dan merevolusi bisnis dengan solusi cerdas, dengan nilai-nilai inovasi, kolaborasi, keunggulan.
Salah satu keinginan mereka adalah bagaimana Bahaso, yang adalah platform edutech yang menyediakan pembelajaran bahasa asing dan Asia Digital Academy (ADA) sebagai lembaga pelatihan bisa bersinergi membantu pemerintah dalam mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja termasuk pekerja migran yang bekerja di luar negeri.
“Seperti yang dikatakan Pak Iqbal (Iqbal Alan Abdullah-Red), kita mau negara kita jangan hanya menjadi pengekspor buruh migran yang hanya dilecehkan di negara lain. Kita harus mendidik anak-anak bangsa ini untuk bisa bersaing di global. Setidaknya dia bisa bahasa asing dan punya keahlian. Jangan hanya pikirkan untung, biar untung kecil tapi kita harus mendidik anak-anak bangsa ini menjadi kompetitif,” ucap Adji lagi.
Hal yang sama disampaikan Kepala Eksekutif Asia Digital Academy (ADA) Andhi Musthofa. Menurutya, ADA dan Bahaso misalnya telah menjalankan kolaborasi sejak lama untuk menyediakan pelatihan peningkatan softskill, sertifikasi, boot camp, hingga bimbingan belajar, homeschooling dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
“ADA terus melakukan inovasi produk sesuai dengan moto kami untuk meningkatkan pendidikan dan keahlian. Sekarang kami juga punya program kuliah di luar negeri (Jepang). Kami tidak hanya kolaborasi dengan Bahaso tapi kami juga kolaborasi dengan Fundex baik itu untuk program cross selling maupun feeding penerbit bidang pendidikan,” ucap Andhi Musthofa menambahkan kerja sama juga dilakukan dengan Aminin dan TC Invest.
CEO FundEx Agung Wibowo menyebut, tahun 2024 adalah perjalanan luar biasa bagi Fundex, platform investasi Securities Crowdfunding, dengan pertumbuhan signifikan yaitu 3 kali dalam jumlah penyaluran investasi kepada UKM terpilih. Menurutnya, dukungan dari TC Invest Group telah menjadi faktor penting dalam perkembangan FundEx. Kolaborasi ini semakin memperkuat ekosistem investasi, membuka peluang lebih luas bagi UKM, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
“Kami bangga bisa terus memberdayakan UKM Indonesia, membantu mereka berkembang dengan akses pendanaan yang lebih mudah. Di tahun 2025, Fundex berkomitmen untuk memperluas dampak melalui inovasi, kemitraan, dan strategi pertumbuhan yang lebih agresif,” katanya.
Direktur Aminin Travel Haji Umroh Dr Azizah Zuhriyah menyebut, PT Aminin Travel Indonesia (Aminin Travel) merupakan perusahaan swasta nasional, bergerak pada bidang Biro Perjalanan Haji & Umroh yang berakreditasi A dari Kementerian Agama RI, yang terus berkembang dan terpercaya, memiliki visi menjadi biro perjalanan terbaik dan menjadi pilihan utama masyarakat dalam 5 tahun kedepan berbasis social enterprises.
Baca Juga: Laba Fintech Lending Melesat 236,73%, Begini Strategi Pemain Hadapi 2025
Aminin telah menyiapkan program baru meliputi penyediaan akomodasi untuk Jemaah VIP maupun mandiri, catering dengan membangun dapur khusus Aminin di Arab Saudi, hingga program branding dan meningkatkan awareness. Serta peningkatan layanan untuk Tabungan Umroh TC Invest Syariah. Sementara TC Invest Syariah, Area Manager TC Invest Syariah Indra Permana berencana untuk terus membangun ekosistem di masjid, di kampus, di pasar, pengelolaan food court TCI Syariah, dan kolaborasi dengan Aminin.
Sementara Bambang Brodjonegoro, mantan Menkeu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala BRIN menyebut, potensi pertumbuhan bisnis itu saat ini ada di negara emerging market seperti Indonesia, China, India, negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. “Kita sudah ada di tempat yang tepat. Market kita di Indonesia itu besar dan tumbuh. Itu sesuatu yang dicari. Jadi kuncinya invest ke growth-nya lebih besar,” kata Bambang Brodjonegoro.
Dia melihat peluang sektor pendidikan, fintech, lembaga keuangan non-bank dan sektor haji/ umroh sangat positif. “Fintech di Indonesia itu berkembang pesat, didorong oleh tingginya penetrasi digital dan meningkatnya investasi sektor ini,” katanya. Tapi, Bambang juga mencatat penetrasi pinjaman masih rendah bagi UMKM karena akses pembiayaan formal tetap menjadi tantangan utama bagi usaha kecil.
Baca Juga: Antisipasi Pelanggaran Tenaga Penagih, Fintech GandengTangan Terapkan Strategi Ini
Selanjutnya: Wall Street Merosot pada Pembukaan Pasar, Senin (3/3)
Menarik Dibaca: Sistem Keuangan bakal Runtuh, Robert Kiyosaki Minta Beli 3 Aset Investasi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News