Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi akuisisi gencar terjadi pada perusahaan di Indonesia. Paling baru, The Korea Development Bank (KDB) mengeksekusi rencana menjadi pengendali PT Tifa Finance Tbk (TIFA).
Kemarin, terjadi transaksi yang melibatkan 871 juta saham TIFA di pasar negosiasi, setara dengan 80,65% saham TIFA. Berdasarkan data RTI, nilai transaksi saham TIFA di pasar negosiasi mencapai Rp 452,8 miliar. Dari total nilai transaksi, net buy asing pada saham TIFA mencapai Rp 252,7 miliar.
Sejumlah transaksi di pasar negosiasi terjadi di harga Rp 520 per saham dengan broker pembeli Mirae Asset Sekuritas dan broker penjual BCA Sekuritas. Harga pembelian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga tertinggi saham TIFA pada Selasa (8/9) pada Rp 496 per saham dan harga penutupan Rp 490 per saham.
Perubahan pengendali ini bisa memicu penawaran tender wajib alias mandatory tender offer untuk seluruh sisa saham TIFA. Harga tender offer biasanya akan ditentukan berdasarkan harga rata-rata tertinggi dalam 90 hari sebelum pengumuman pengambilalihan atau harga akuisisi, tergantung mana yang lebih tinggi.
Pada 6 Juli 2020, Tifa Finance mengungkapkan bahwa The Korea Development Bank (KDB) akan mengakuisisi 870,76 juta saham yang mewakili 80,65% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. "Pengambilalihan ini merupakan pengambilalihan langsung dari pemegang saham eksisting melalui proses jual beli saham," ungkap Bernard Thien Ted Nam, Presiden Direktur Tifa Finance dan Ester Gunawan, Direktur Tifa Finance dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, 9 Juli lalu.
Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Tifa Finance pada Kamis (27/8) lalu telah menyetujui perubahan nama dari PT Tifa Finance Tbk menjadi PT KDB Tifa Finance Tbk. RUPSLB juga menyetujui rencana pengalihan saham yang akan mengakibatkan perubahan pengendali. Mekanisme dan tata cara perubahan ini berpedoman pada ketentuan pasar modal.
Pada akhir Juli 2020, pemegang saham terbesar Tifa Finance adalah PT Dwi Satrya Utama dengan kepemilikan 38,61%, Tan Chong Credit Pte Ltd dengan kepemilikan 35,64%, dan masyarakat dengan kepemilikan 25,75%.
The Korea Times melaporkan bahwa KDB mencari peluang diversifikasi portofolio di Asia Tenggara. Bank pelat merah Korea ini mengincar perusahaan finansial yang memiliki izin untuk layanan jasa mulai dari leasing, pembiayaan konsumen hingga pembiayaan kartu kredit.
Selanjutnya: Investor Korea Selatan Memburu Multifinance
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News