Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kredit bermasalah di sektor pertanian dan perdagangan melompat naik. Bank Indonesia (BI) mencatat, selama Januari hingga April tahun ini, nilai kredit bermasalah di sektor ini sudah melonjak sekitar 60% dari posisi akhir 2008.
Di akhir Desember 2008, nilai kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) sektor ini baru Rp 1,86 triliun. Sementara, pada akhir April 2009, nilainya meningkat Rp 1,11 triliun menjadi Rp 2,97 triliun.
"Penyebab utamanya adalah krisis keuangan; efeknya baru benar terlihat sekarang," kata Direktur Bisnis UOB Buana Safrullah Hadi Saleh, Senin (16/6).
Selain itu, saat harga komoditas booming tahun lalu, permintaan kredit dari sektor ini juga naik pesat. Perbankan juga berlomba memberikan kredit ke sektor perkebunan. Salah satunya untuk mengembangkan kebun kelapa sawit. "Saat harga komoditas surut, debitur sulit membayar utangnya," imbuh Sudaryato Sudargo, Direktur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).
Anehnya, meskipun data BI menunjukkan pembengkakan kredit bermasalah di sektor pertanian, banyak bankir masih adem ayem. Meski mengakui terjadi kenaikan, NPL di BRI masih terbilang mungil. "NPL kredit agrobisnis kami hanya 1,79%," kata Sudaryanto. Dari total kredit BRI sebesar Rp 176,6 triliun, hanya Rp 16,5 triliun untuk pertanian.
Adapun di Bank Mandiri, total kredit pertanian sampai kuartal pertama 2008 sebanyak Rp 14,65 triliun. Dari jumlah tersebut, kredit yang mengalami masalah dalam pembayaran hanya sebesar Rp 276,86 miliar.
Kata Chief Financial Officer Bank Mandiri Pahala N. Mansyuri, angka ini memang naik dari posisi Desember 2008 yang hanya Rp 145,69 miliar. "Tapi, secara umum tidak ada peningkatan berarti untuk NPL dalam kredit sektor pertanian," tandas Pahala. Bahkan, Pahala berani menjamin kredit korporasi pertanian hingga kini masih lancar. "NPL-nya 0%," ujar dia.
Kredit tetap mengucur
Sementara di UOB Buana, kenaikan NPL di sektor pertanian juga masih kecil. "Masih di bawah 1%, yaitu 0,3%," ujar Safrullah. Pun begitu di Bank Mega. Tak ada lonjakan kredit bermasalah di sektor pertanian. "NPL gross kami sampai saat ini masih di angka 1,8%," kata Donny Oskaria, Sekretaris Perusahaan Bank Mega.
Saat ini 35% kredit Bank Mega merupakan kredit korporasi. Dan, dari jumlah itu, hanya 15% masuk ke kredit agribisnis. "Kredit kami kebanyakan korporasi, jadi relatif tak masalah," katanya.
Meski kredit bermasalah mulai merambah naik, dalam catatan BI, kredit baru ke sektor pertanian masih tetap mengalir meskipun nilainya kecil, yakni Rp 3,699 triliun.
Rinciannya, sepanjang Januari tahun ini, ada tambahan bersih kredit ke sektor pertanian sebesar Rp 4 miliar. Bahkan, pada Februari, penambahan kredit pertanian mencapai Rp 571 miliar, lalu Maret melonjak Rp 1,981 triliun, dan April naik Rp 1,143 triliun. Para bankir menduga, angka kredit ini naik lantaran sektor pertanian mulai pulih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News