Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemain bisnis multifinance mesti hati-hati. Sebab, tren rasio pembiayaan macet alias non peforming finance (NPF) perusahaan pembiayaan meningkat.
Per Mei 2017, NPF industri multifinance tercatat 3,45%. Rasio NPF tersebut lebih tinggi ketimbang akhir tahun lalu yang sebesar 3,26%.
Pembiayaan macet meningkat kendati total outstanding pembiayaan multifinance tumbuh 3,62% menjadi Rp 401,8 triliun di periode sama.
Ekonomi masih lesu menjadi salah satu penyebab kenaikan NPF perusahaan pembiayaan. Lesunya ekonomi berdampak pula pada penjualan kendaraan bermotor yang menjadi andalan pembiayaan multifinance.
Kendati begitu, Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) bilang, pembiayaan kendaraan bermotor tetap menjadi penopang pertumbuhan pembiayaan multifinance.
Beberapa pelaku industri ini mengakui penyebab NPF meningkat karena kondisi ekonomi yang belum kembali pulih. Mereka juga menyiapkan strategi untuk menekan NPF.
Presiden Direktur Astra Sedaya Finance (ASF) Jodjana Jody yakin pasca Lebaran, NPF akan cenderung turun. Hingga Mei 2017, NPF Astra Sedaya sebesar 0,75%. Di akhir tahun ini ASF menargetkan bisa mengerem NPF menjadi 0,65%.
PT Verena Multi Finance Tbk (VRNA) pun optimistis rasio NPF akan terjaga hingga tutup tahun ini. Direktur Utama VRNA Andi Harjono mengatakan, NPF Verena per Juli mencapai 2%. "Akhir tahun lalu, realisasi posisi NPF kami masih sekitar 2%, kami yakin hingga akhir 2017 ini masih cukup stabil dan tidak melonjak signifikan," terang Andi.
Strategi mengerem NPF
Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli menyebutkan, NPF Adira hingga semester I 2017 mencapai 1,9%. "Akhir tahun lalu realisasi angka NPF kami 1,8%, semester I naik sedikit pasca Lebaran," kata dia. Hingga akhir 2017, Adira Finance menargetkan NPF di bawah 2%.
Untuk menjaga rasio kredit macet, multifinance memiliki strategi khusus. Andi menyebut, Verena menyaring lebih ketat calon nasabah dan menanganinya lebih cepat.
Contohnya, jika ada nasabah menunggak segera dihubungi dan dikunjungi secara persuasif.
"Jadi memang debt collector kami mahasiswa smart dan mengerti cara pendekatan kepada nasabah bukan tampilannya menyeramkan. Ini cukup efektif kami lakukan saat ini," imbuh Andi.
Cara Adira Finance hampir sama. Yakni dengan memperkuat tim collection dan selektif memilih nasabah.
Sementara ASF memilih memberi diskon penalti agar tidak menunggak selama berbulan-bulan. Multifinance ini juga tidak terlalu agresif memacu pembiayaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News