kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit melambat, begini strategi bank memutar DPK


Jumat, 24 April 2020 / 19:25 WIB
Kredit melambat, begini strategi bank memutar DPK


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona baru (Covid-19) yang telah memukul sejumlah sektor usaha membuat bisnis perbankan mengalami perlambatan. Selain berdampak pada pemburukan kualitas aset bank, pandemi itu juga semakin melemahkan permintaan kredit baru.

Sementara pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank masih tampak oke. Pada Februari 2020, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan DPK perbankan tumbuh 6,8% year on year (yoy), stabil dari bulan sebelumnya. Sementara kredit hanya tumbuh 5,9% yoy, melambat dari bulan sebelumnya.

Dengan perlambatan kredit tersebut, maka bank tentu harus mencari strategi dalam memutar DPK agar tidak jadi menambah biaya. Selain mencoba mengatur pertumbuhan DPK sejalan dengan kredit, perbankan melakukan penempatan dana pada surat berharga untuk menjaga keseimbangan kecukupan likuiditas.

Baca Juga: Wabah Corona Meningkat, Pengumpulan Dana Murah Bank Meningkat

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melihat penempatan dana pada instrumen surat berharga tetap dibutuhkan sebagai strategi pengelolaan likuiditas. 

"Itu untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat," kata Vera Eva Lim, Direktur Keuangan BCA kepada Kontan.co.id, Jumat (24/4).

Sepanjang 2019, BCA mencatat dana yang diletakkan dalam surat berharga mencapai Rp 153,7 triliun, tumbuh 26% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp121,9 triliun.

Vera menambahkan, BCA saat ini masih belum bisa memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun ini karena berkaitan dengan besarnya dampak dan jangka waktu perkembangan Covid-19 ini ke depan.

Bank Mandiri mengakui bahwa Covid-19 akan berdampak perlambatan pertumbuhan kredit tahun ini. Bank pelat merah ini akan merevisi turun target kredit yang semula dipatok 8%-10%. Revisi itu bukan dilakukan pada Juni mendatang setelah melihat perkembangan realisasi kredit hingga Mei 2020.

Di tengah pandemi ini, Hery Gunardi, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan DPK akan lebih tinggi dari pertumbuhan kredit. Namun, penyaluran kredit perseroan hingga Maret 2020 disebut masih cukup bagus.

Sementara ke depan, Bank Mandiri akan berupaya menyesuaikan penghimpunan DPK sesuai dengan kebutuhan penyaluran kredit. "Pertumbuhannya akan dimanage sesuai kebutuhan," kata Hery.

Hery tidak menyebutkan apakah perlambatan kredit akan membuat penempatan dana Bank Mandiri di surat berharga di kuartal I meningkat. 

Namun, Direktur Treasury, International Banking & Special Asset Management Bank Mandiri Darmawan Junaidi sebelumnya mengatakan, rasio penempatan dana perseroan di surat berharga sudah tinggi.

Baca Juga: Survei perbankan BI: Kredit dan DPK tumbuh tipis tahun ini

Per Februari 2020, Bank Mandiri menempatkan Rp 147,23 triliun asetnya pada surat berharga, ini setara 18,48% dari total dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 796,60 triliun. Rasio tersebut juga telah meningkat dibandingkan Desember 2019 senilai Rp 140,80 triliun atau setara 17,27% dari DPK senilai Rp 815,10 triliun.

Sementara strategi PT Bank Woori Saudara Tbk (SDRA) di menjaga keseimbangan DPK dengan kebutuhan kredit adalah dengan menurunkan bunga deposito jauh lebih rendah. "Jika nasabah tidak menerima otomatis tarik dananya," kata Direktur Kepatuhan Bank Woori Saudara I Made Mudiastra.

Namun, Bank Woori saat ini tidak mengalami masalah terkait dari sisi keseimbangan DPK dan kredit. Lantaran dari sebelum Covid-19 mencuat, dana sudah diatur sesuai kebutuhan. Sementara penempatan dana perseroan di surat berharga hanya pergeseran dana yang berasal dari GWM primer ke GWM sekunder.

Saat ini, Bank Woori masih belum merevisi target kredit dan DPK karena masih melihat perkembangan dari dampak Covid-19. Sejak awal tahun, bank ini hanya menargetkan kredit tumbuh 9% dan DPK 6%.

"Target DPK belum direvisi. Cuma bank BWS rada anomali karena hampir 40 % kreditnya valas dan tentu kurs rupiah sangat pengaruh walaupun tidak ada draw down," kata Made.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×