Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
Sementara ke depan, Bank Mandiri akan berupaya menyesuaikan penghimpunan DPK sesuai dengan kebutuhan penyaluran kredit. "Pertumbuhannya akan dimanage sesuai kebutuhan," kata Hery.
Hery tidak menyebutkan apakah perlambatan kredit akan membuat penempatan dana Bank Mandiri di surat berharga di kuartal I meningkat.
Namun, Direktur Treasury, International Banking & Special Asset Management Bank Mandiri Darmawan Junaidi sebelumnya mengatakan, rasio penempatan dana perseroan di surat berharga sudah tinggi.
Baca Juga: Survei perbankan BI: Kredit dan DPK tumbuh tipis tahun ini
Per Februari 2020, Bank Mandiri menempatkan Rp 147,23 triliun asetnya pada surat berharga, ini setara 18,48% dari total dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 796,60 triliun. Rasio tersebut juga telah meningkat dibandingkan Desember 2019 senilai Rp 140,80 triliun atau setara 17,27% dari DPK senilai Rp 815,10 triliun.
Sementara strategi PT Bank Woori Saudara Tbk (SDRA) di menjaga keseimbangan DPK dengan kebutuhan kredit adalah dengan menurunkan bunga deposito jauh lebih rendah. "Jika nasabah tidak menerima otomatis tarik dananya," kata Direktur Kepatuhan Bank Woori Saudara I Made Mudiastra.
Namun, Bank Woori saat ini tidak mengalami masalah terkait dari sisi keseimbangan DPK dan kredit. Lantaran dari sebelum Covid-19 mencuat, dana sudah diatur sesuai kebutuhan. Sementara penempatan dana perseroan di surat berharga hanya pergeseran dana yang berasal dari GWM primer ke GWM sekunder.
Saat ini, Bank Woori masih belum merevisi target kredit dan DPK karena masih melihat perkembangan dari dampak Covid-19. Sejak awal tahun, bank ini hanya menargetkan kredit tumbuh 9% dan DPK 6%.
"Target DPK belum direvisi. Cuma bank BWS rada anomali karena hampir 40 % kreditnya valas dan tentu kurs rupiah sangat pengaruh walaupun tidak ada draw down," kata Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News