Reporter: Issa Almawadi | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Kondisi ekonomi Indonesia yang melambat membuat perkembangan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang disalurkan perbankan Indonesia mengalami perlambatan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), posisi kredit UMKM per Juli 2015 tumbuh 3,7% secara year to date. "Ada perlambatan karena total kredit bank di periode itu tumbuh 4,34%. Jadi, kredit UMKM tumbuh di bawah total kredit," terang Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan 3 OJK, Kamis (17/9).
Dari jenis skala usaha, kata Irwan, skala usaha kecil paling tertekan. Per Juli, kredit usaha kecil turun 0,48%. Namun Irwan menjelaskan, penurunan kredit usaha kecil kemungkinan besar karena banyaknya pelaku usaha yang naik kelas.
Sementara, kredit menengah tumbuh 4,45%. "Yang paling tinggi pertumbuhannya adalah kredit mikro sebesar 8,86%," imbuh Irwan.
Irwan juga merinci, penyaluran kredit UMKM masih didominasi 5 sektor usaha. Antara lain perdagangan besar dan kecil dengan nilai kredit Rp 385 triliun, industri pengolahan Rp 78 triliun, pertanian, perkebunan dan kehutanan Rp 61,5 triliun, konstruksi Rp 45 triliun, dan jasa perorangan baik hiburan dan lainnya.
Dari ke lima sektor itu, Irwan mencatat, total kreditnya mencapai Rp 754,6 triliun. "Itu berporsi 60% terhadap total kredit UMKM," jelas Irwan.
Seiring perlambatan pertumbuhan kredit, Irwan juga melihat adanya peningkatan rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL). NPL kredit UMKM per posisi Juli 2015 naik menjadi 4,9% dari posisi akhir tahun 2014 3,99%. "Tapi, kenaikan ini masih dalam kondisi terkontrol, karena gross masih di bawah 5%," ujar Irwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News