kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Kredit menganggur di bank masih subur


Rabu, 13 Desember 2017 / 22:56 WIB
Kredit menganggur di bank masih subur


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kinerja perbankan menjelang akhir tahun masih dihantui seretnya penyaluran kredit. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai September 2017, nilai undisbursed loan atawa kredit yang belum ditarik nasabah mencapai Rp 1.400 triliun. Angka ini naik 9,62% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan dengan periode serupa 2016 yang sebesar Rp 1.277,5 triliun.

Imansyah, Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK, mengatakan, tren peningkatan kredit menganggur ini sudah terlihat sejak Mei 2017. Hal ini menggambarkan masih terbatasnya kemampuan nasabah perbankan dalam meminjam dana.

Bukan cuma nasabah individu, tapi juga dunia usaha. “Padahal bank-bank sudah punya kapasitas dalam menyalurkan kreditnya. Namun, penyaluran kredit itu tidak terealisasi,” kata dia.

Celakanya, penyumbang paling besar kredit menganggur perbankan nasional adalah bank papan atas. Salah satunya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI). Sampai September 2017, bank yang kesohor dengan sebutan bank “wong cilik” ini mencatat undisbursed loan Rp 120,71 triliun, turun tipis 0,16% dibandingkan posisi akhir 2016 yang sebesar Rp 120,91 triliun.

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI, mengatakan, mayoritas kredit yang belum ditarik nasabah BRI berasal dari pembiayaan modal kerja (70%). Sementara itu, jika dilihat segmennya, kredit korporasi dan kredit Badan Usaha MIlik Negara (BUMN) menyumbang porsi terbesar, yakni 85% total kredit menganggur di BRI.

Untuk segmen kredit konsumsi, kata Haru, BRI tidak memiliki masalah undisbursed loan. Sebab, mayoritas penyaluran kredit konsumsi BRI dilakukan lewat pinjaman pegawai, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit kendaraan bermotor. “Untuk segmen kredit konsumsi, semua plafon kredit telah dinikmati nasabah pada awal jangka waktu,” kata Haru.

Karena itu, Haru mengklaim, kredit menganggur tidak berdampak negatif terhadap target kinerja yang dipatok perusahaannya. Alasannya, BRI sudah memperkirakan adanya kredit yang belum bisa ditarik nasabah tahun ini. “Meski kehilangan potensi pendapatan bunga, tapi kami masih mendapatkan fee atas fasilitas kredit yang diberikan,” iimbuh Haru.  

Fokus ke UMKM

Pada tahun ini, BRI menargetkan pertumbuhan kredit bisa tumbuh 15% dibandingkan tahun lalu. Selain kredit, BRI juga mematok pertumbuhan laba bersih sekitar 5% sampai 7% hingga akhir tahun 2017. Pada tahun 2016, BRI mengumpulkan laba Rp 25,8 triliun. Jika target tahun ini tercapai, bank penyalur kredit UMKM terbesar di Indonesia ini bakal meraup laba Rp 27 triliun–Rp 27,6 triliun. 

Untuk mengejar target tersebut, BRI telah merancang sejumlah strategi. Di antaranya, untuk undisbursed loan nasabah korporasi dan BUMN akan diantisipasi dengan dua jurus. 

Pertama, kredit menganggur untuk kebutuhan jangka pendek akan disiasati dengan penyediaan dana wholesale jangka pendek. Kedua, undisbursed loan untuk kebutuhan nasabah yang bersifat jangka panjang, akan ditinjau kembali penentuan fasilitasnya. Sebab, strategi pertumbuhan BRI akan menitikberatkan pada segmen mikro, konsumer, dan usaha kecil.

Bank pelat merah lain yang juga mencatatkan undisbursed loan tinggi adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Merujuk laporan keuangan konsolidasian BNI per September 2017, nilai kredit menganggur di bank berlogo 46 ini mencapai Rp 49,59 triliun. Jumlah ini, sejatinya telah menurun dibandingkan posisi akhir 2016 yang mencapai Rp 54,54 triliun. 

Besaran undisbursed loan committed yang turun ini secara otomatis menyebabkan eksposur maksimum risiko kredit BNI juga turun 42,84%, dari posisi akhir 2016 yang sebesar Rp 1,8 triliun menjadi Rp 1,02 triliun per akhir September 2017.

Adapun kredit BNI yang belum ditarik nasabah masih didominasi oleh dua sektor, yakni sektor listrik, air, gas, dan industri. Sektor ini menyumbang kredit menganggur di BNI sebesar Rp 48,3 triliun. Dari kredit yang belum ditarik itu, sekitar 2,12% berupa kredit dengan fasilitas kredit komitmen.

Melihat seretnya penyaluran kredit, BNI pun telah merevisi target kinerjanya. Pada tahun ini, BNI hanya mematok pertumbuhan kredit 13% secara yoy. Sebelumnya, bank BUMN berkode emiten BBNI tersebut menargetkan pertumbuhan kredit bisa mencapai 15%–16%.

Tercatat, penyaluran kredit BNI hingga akhir kuartal III 2017 sebesar Rp 421,41 triliun atau tumbuh 13,3% jika dibanding realisasi kredit pada periode yang sama tahun 2016, sebesar Rp 372,02 triliun.

Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI bilang, pihaknya menyiapkan strategi untuk optimalisasi kredit yang belum ditarik. “Kami melakukan intensifikasi layanan ke debitur serta menyesuaikan kondisi keuangan debitur,” katanya pada Galvan Yudistira dari KONTAN.

Dibandingkan dua “saudaranya”, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mencatatkan undisbursed loan yang tergolong rendah. Kendati begitu, nilai kredit menganggur di BTN naik signifikan. Per September 2017, undisbursed loan BTN mencapai Rp 969,11 miliar, naik 35,83% dari posisi akhir 2016 yang sebesar Rp 713,44 miliar.

Dari jumlah kredit mubazir tersebut, sebesar Rp 47,35 miliar masuk dalam perhatian khusus. Status perhatian khusus ini justru jumlahnya turun ketimbang posisi akhir tahun 2016, yakni sebesar Rp 55,41 miliar.

Sebelumnya, Oni Febriarto Rahardjo, Direktur Bank BTN mengatakan, kenaikan kredit menganggur disebabkan kredit yang sudah disetujui umumnya baru ditarik 20% sesuai perkembangan proyek debitur. Selama ini, penyaluran kredit di BTN didominasi sektor konstruksi perumahan. “Pencairannya juga berdasarkan perkembangan di lapangan,” ucapnya.

Besarnya undisbursed loan, lanjut Oni, berpotensi menjaga penyaluran kredit. Menurutnya, seiring peningkatan volume kredit pemilikan rumah (KPR), penyaluran kredit bakal mengucur deras. Pertumbuhan kredit Bank BTN pada 2017 dipatok bisa mencapai 21%–23%. Pada kuartal III 2017, penyaluran kredit BTN sebesar Rp 184,5 triliun. Angka ini naik 19,95% secara yoy. 

Sementara, laba bersih BTN dalam periode tersebut senilai Rp 2 triliun atau meningkat 24% yoy. Tahun ini, BTN mematok laba bersih bisa tembus Rp 3 triliun. Target laba ini naik 15,3% secara yoy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×