kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kredit Mubazir Korporasi Masih Tinggi


Rabu, 30 September 2009 / 08:44 WIB
Kredit Mubazir Korporasi Masih Tinggi


Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Niat bankir memperbesar penyaluran kredit korporasi masih bertepuk sebelah tangan. Soalnya, dunia usaha masih belum bisa mencairkan komitmen kredit mereka. Akibatnya, angka kredit korporasi yang berstatus mubazir masih tinggi.

Direktur Korporasi PT Bank BNI Tbk Krishna R. Suparto mengakui, pemanfaatan kredit ke proyek infrastruktur, seperti proyek jalan tol, masih berjalan sangat lambat. "Kendati ini sudah masuk kuartal akhir 2009," ujarnya.

Di BNI, total komitmen kredit untuk proyek jalan tol senilai Rp 15 triliun. Kredit yang sudah ditarik nasabah hingga kini baru sekitar Rp 5,5 triliun. Artinya, kredit sebesar Rp 9,5 triliun, atau sekitar 63,3% dari komitmen kredit, belum digunakan oleh debitur.

Krishna menyebut, penghambat pencairan kredit bukan lagi pada pembebasan lahan, seperti yang selama ini terjadi. Namun yang menjadi masalah saat ini masih banyak kontraktor jalan tol yang tidak bisa memenuhi ketentuan modal sendiri mereka. "BNI jadi tidak bisa menyalurkan kreditnya," katanya.

Biasanya dalam kontrak pembiayaan jalan tol, kontraktor mempunyai kewajiban untuk menyiapkan modal dari kantong sendiri. Nyatanya saat ini kebanyakan kontraktor tidak bisa memenuhi kewajiban tersebut. Padahal jika dalam jangka waktu yang telah ditentukan, kontraktor tak kunjung bisa memenuhi modal sendiri, maka Pemerintah bisa memutus dan mengalihkan konsesi pembangunan jalan ke kontraktor lain.

Krishna bilang, kredit korporasi untuk proyek infrastruktur mencapai 20% dari total komitmen kredit korporasi. Sisanya, dikucurkan untuk industri manufaktur, agribisnis, telekomunikasi, dan sektor industri lainnya.

Ia menjelaskan, penyerapan kredit infrastruktur adalah yang paling lambat dibanding sektor yang lain. Meski mengalami penyerapan yang lambat separuh tahun, masuk akhir kuartal ketiga ini, hampir semua kredit korporasi sudah mulai berjalan.

Kredit ke sektor telekomunikasi sudah terpakai 95%. Contohnya kredit ke Indosat, Telkom, dan juga Telkomsel. "Tinggal Exelcomindo saja yang belum ditarik," katanya.

Kesulitan pembangun jalan tol dalam memenuhi self financing juga dibenarkan oleh Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) Muljanto. Saat ini undisbursed loan Bank Jatim mencapai Rp 1,6 triliun. "Semuanya untuk kredit proyek jalan tol," katanya.

Sedangkan di PT Bank Central Asia Tbk (BCA), total kredit nganggur mencapai Rp 40 triliun. Kredit korporasi yang berstatus undisbursed loan senilai Rp 17,8 triliun.

Wakil Direktur Utama BCA Jahja Setiaadmadja mengaitkan tingginya undisbursed loan dengan krisis global yang masih membayangi ekonomi Indonesia. Menurunnya permintaan menjadi alasan para pelaku usaha enggan berekspansi. "Modal kerja yang dibutuhkan pengusaha juga ikut berkurang sehingga mereka malas mencairkan kredit," jelas Jahja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×