Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Malang betul nasib PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero). Setelah membukukan laba minus Rp 101,079 miliar pada 2009 lalu, perusahaan yang bergerak di lini usaha penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan non-KUR ini kembali mencatat kerugian dari sisi laba hingga 89% menjadi Rp 191,206 miliar pada 2010.
Kepala Divisi Keuangan dan Investasi Askrindo T Widya Kuntarto menuturkan, kinerja keuangan perseroan yang buntung tersebut lantaran tingginya beban underwriting yang ditanggung perseroan, yakni dari Rp 342,939 miliar pada 2009 menjadi Rp 420,612 miliar pada akhir tahun lalu.
Sementara, tingginya beban underwriting tidak ditopang dengan pertumbuhan pendapatan underwriting yang seimbang. "Yaitu, dari pendapatan underwriting Rp 267,314 miliar pada 2009 menjadi Rp 305,942 miliar pada 2010," tutur Kuntarto ditemui KONTAN, Rabu (22/6).
Faktor utama yang menggerus keuntungan perseroan berasal dari aktivitas penjaminan KUR. Buktinya, tiga lini usaha non-KUR yang dijalankan perseroan, yakni penjaminan kredit perbankan, asuransi kredit perbankan, dan bonding tercatat tumbuh 143% dari Rp 16,068 miliar pada 2009 menjadi Rp 39,717 miliar pada 2010.
Bukti lain, sambung Kuntarto, dilihat dari non-performing guarantee alias pembayaran premi yang mandek pada aktivitas penjaminan KUR tercatat 4,01% atau senilai Rp 642 miliar dari total penjaminan KUR sejak digelontorkannya pada 2007 lalu hingga akhir 2010 yang sebesar Rp 16 triliun.
Padahal, tahun lalu, pemerintah telah menambah modal Askrindo untuk penjaminan KUR sebesar Rp 900 miliar, yakni dari Rp 1,5 triliun menjadi Rp 2,4 triliun. "Maklum lah, suku bunga yang ditetapkan pemerintah 2,2% per tahun untuk penjaminan KUR. Ibarat kata, untungnya 2%, ruginya 4%," imbuh Kuntarto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News