kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.873   66,00   0,41%
  • IDX 7.147   -14,46   -0,20%
  • KOMPAS100 1.093   -1,18   -0,11%
  • LQ45 868   -4,12   -0,47%
  • ISSI 217   0,73   0,34%
  • IDX30 444   -2,73   -0,61%
  • IDXHIDIV20 535   -4,97   -0,92%
  • IDX80 125   -0,13   -0,10%
  • IDXV30 135   -1,16   -0,85%
  • IDXQ30 148   -1,31   -0,88%

Laba Bank Permata (BNLI) turun 51,91% di 2020, begini penjelasan manajemen


Jumat, 26 Maret 2021 / 17:19 WIB
Laba Bank Permata (BNLI) turun 51,91% di 2020, begini penjelasan manajemen
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang di kantor layanan bank Permata Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja laba PT Bank Permata Tbk (BNLI) mendapat tekanan pandemi Covid-19 sepanjang 2020. Sepanjang 2020, Bank Permata membukukan laba bersih Rp 721,58 miliar, turun 51,91% secara year on year (yoy) dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 1,5 triliun. 

"Penurunan laba terutama disebabkan pertama, kita melakukan pencadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang cukup signifikan sebagai refleksi prudensi yang diambil Bank Permata dalam hadapi dampak pandemi terhaap portofolio kredit. Dampak terbesarnya dari situ," papar Direktur Keuangan Bank Permata Lea Setianti Kusumawijaya dalam konferensi virtual pada Jumat (26/3).

Selain itu, penurunan laba juga terjadi lantaran penurunan pendapatan dari pajak. Sebab kebijakan tarif PPh badan yang sebelumnya 25% menjadi 22% sejak Maret 2020.

"Bank Permata itu memiliki saldo aset pajak tangguhan yang cukup signifikan. Maka penurunan tarif PPh Badan ini menyebabkan potensi tax benefit di masa mendatang juga menurun. Oleh karena itu, kami harus melakukan tambahan beban pajak tangguhan sebesar Rp 120 miliar hal ini sesuai PSAK 46 mengenai pajak," jelas Lea. 

Baca Juga: Kuartal I-2021, ekonomi Indonesia diramal belum bisa masuk ke zona positif

Kendati demikian Lea menyebut secara fundamental kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan cukup baik. Lantaran bank membukukan pendapatan operasional sebelum pencadangan sebesar Rp3,8 Triliun atau meningkat 23,7% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Pertumbuhan ini dikontribusikan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 14,2% menjadi Rp 6,8 triliun. Sedangkan pendapatan non bunga meningkat 16,1% yoy menjadi Rp 2,32 triliun.

Pencapaian ini diikuti dengan perbaikan rasio marjin bunga atau Net Interest Margin atau (NIM menjadi 4,7%, meningkat dari 4,4% di periode yang sama tahun lalu. Lea bilang hal itu sejalan dengan strategi Bank dalam mengelola struktur likuiditas secara optimum. 

Adapun Cost to Income Ratio (CIR) tercatat sebesar 58,7%, membaik secara signifikan dibandingkan posisi tahun lalu sebesar 62,4%. Rasio efisiensi tersebut didukung oleh penerapan digitalisasi dalam transaksi perbankan.

Transaksi digital dari semua digital channel terutama PermataMobile X dan PermataNET mengalami pertumbuhan signifikan sebesar dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Sedangkan transaksi QR Pay melalui PermataMobile X mengalami pertumbuhan paling tinggi yang mencapai di atas 300%. 

Sedangkan total penyaluran kredit tercatat sebesar Rp 118 triliun, meningkat 9,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.  Pertumbuhan kredit ini didukung oleh pengalihan aset Bangkok Bank Indonesia melalui proses integrasi sebesar Rp 17,3 Triliun.

Dari sisi non performing loan, rasio NPL gross tercatat sedikit meningkat ke level 2,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,8% dengan NPL net yang terjaga pada level 1,0% dibandingkan posisi Desember 2019 yang sebesar 1,3%.  

Seiring dengan itu, Bank Permata melakukan upaya berkelanjutan untuk perbaikan NPL melalui restrukturisasi kredit bermasalah, penghapusan kredit, penjualan kredit NPL dan pertumbuhan kredit good book.

Selama triwulan IV 2020, sejalan dengan arahan regulator program restrukturisasi dan relaksasi kredit terus dijalankan bagi nasabah yang terdampak Covid-19.  Sampai dengan Desember 2020, sekitar 14% dari portofolio kredit yang diberikan mengajukan permohonan restrukturisasi dan relaksasi dimana sebagian besar telah diselesaikan.

PermataBank telah mengalokasikan biaya pencadangan penurunan kualitas aset yang cukup signifikan sebesar Rp 2,2 triliun dengan memperhitungkan potensi peningkatan kerugian kredit sebagai akibat dari perlambatan pertumbuhan perekonomian yang berdampak pada profil risiko portofolio kredit. 

Baca Juga: Besok ingin menabung di deposito? Cek dulu daftar terbaru bunga deposito di bank

Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan rasio NPL Coverage menjadi 239% di akhir tahun 2020, lebih tinggi dibandingkan rasio tahun lalu sebesar 133%. 

Likuiditas Bank terjaga dengan baik dibuktikan dengan rasio likuiditas Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 79% di Desember 2020 dan rasio CASA meningkat menjadi 51,2% meningkat 54 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu.  

Total dana simpanan masyarakat tumbuh sebesar 18,4% yoy, kontribusi terbesar dari pertumbuhan produk giro sebesar 25,3%, diikuti oleh tabungan dan deposito masing-masing 13,5% dan 17,1% yoy.

Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Common Equity Tier 1 (CET-1) pada posisi Desember 2020 masing-masing sebesar 35,7% dan 26,9% meningkat dibandingkan 19,9% dan 18,7% pada periode yang sama tahun lalu, jauh di atas ketentuan modal minimum yang berlaku dan rata-rata CAR industri perbankan Indonesia.

Selanjutnya: Cek bunga deposito terbaru bank umum, ada yang tawarkan 4,5% tenor 1 bulan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×