Reporter: Steffi Indrajana | Editor: Test Test
JAKARTA. Kinerja Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) Indonesia pada paruh pertama tahun 2010 kurang menggembirakan. Hal tersebut terlihat dari perolehan laba bersih HSBC yang anjlok 17,77% di semester I 2010 jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2009. Nilainya turun dari Rp 428,08 miliar menjadi Rp 351,97 miliar.
Senior Vice President and Deputy Financial Controller HSBC Indonesia Hanna Tantani mengungkapkan, penurunan laba ini sebagian besar dampak dari perubahan nilai tukar pada sejumlah transaksi yang dilakukan HSBC. "Dan antara lain dipengaruhi oleh tingkat apresiasi rupiah terhadap dolar AS," ujar Hanna.
Namun, lebih lanjut Hanna mengatakan, penurunan laba bersih berhasil diimbagi kenaikan pendapatan provisi dan komisi serta beban aktiva produktif yang lebih rendah.
Menurut laporan keuangan yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI), pendapatan provisi dan komisi meningkat hingga 147,12%. Nilainya dari Rp 267,20 miliar menjadi Rp 660,32 miliar. Sedangkan beban aktiva produktif turun sebesar 12,5% dari sebelumnya sebesar Rp 1,76 triliun, saat ini berada di kisaran Rp 1,54 triliun.
Penurunan laba ini juga diikuti penurunan aset sebesar 1,19%. Nilainya dari Rp 41,05 triliun menjadi Rp 40,56 triliun. Lagi-lagi Hana mengatakan, penyebab penurunan aset tidak jauh berbeda dengan penurunan laba bersih yakni pengaruh dari tingkat apresiasi rupiah terhadap US dollar terhadap nilai-nilai aset. "Hal ini terjadi apabila nilai aset dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam mata uang rupiah," jelas dia.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dikumpulkan HSBC justru naik. Jika paruh pertama 2009 dana DPK yang terkumpul mencapai Rp 29,36 triliun, maka pada paruh pertama 2010 dana DPK yang terkumpul naik menjadi Rp 31,7 triliun. Simpanan berjangka masih mengambil bagian terbesar dana DPK dengan nilai Rp 13,02 triliun. Diikuti giro sebesar Rp 11,41 triliun dan tabungan sebesar Rp 7,27 triliun.
Penyaluran kredit juga meningkat sebesar 9,57%. Nilainya dari Rp 19,21 triliun pada paruh pertama 2009 menjadi Rp 21,05 triliun. Melihat komposisi kucuran dana, Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mendapat bagian sebesar Rp 2,72 triliun.
Namun, penyaluran dana kredit terbesar jatuh kepada debitur yang mendapat bagian sebesar Rp 17,34 triliun. Sedangkan dana yang disalurkan untuk kredit properti mencapai Rp 685,45 miliar. Adapula kredit yang direstrukturisasi HSBC mencapai Rp 298,80 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News