Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank SMBC Indonesia Tbk (sebelumnya Bank BTPN), mencatatkan perolehan laba bersih periode berjalan sebesar Rp 1,99 triliun sampai akhir kuartal III-2024, menyusut 4,8% secara tahunan (year on year/yoy).
Henoch Munandar, Direktur Utama SMBC Indonesia menyatakan, faktor penyebab penurunan laba bersih ini di antaranya adalah biaya kredit yang naik 45% yoy, atau sebesar Rp 863 miliar dan peningkatan beban operasional sebesar 27% yoy menjadi Rp 7 triliun pada Kuartal III-2024.
Biaya-biaya tersebut berasal dari pertumbuhan volume usaha dan inisiatif yang sedang dikerjakan SMBC Indonesia serta perhitungan biaya kredit dan operasional dari Grup OTO seiring dengan pertumbuhan bisnis.
Baca Juga: Sah! Bank BTPN Ganti Nama Jadi Bank SMBC Indonesia
SMBC Indonesia mencatatkan kenaikan pendapatan operasional secara konsolidasi sebesar 24% yoy menjadi Rp12,97 triliun. Pertumbuhan pendapatan operasional tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih yang naik 22% yoy menjadi Rp 10,98 triliun, kenaikan pendapatan bunga dari kredit, pendapatan dari penempatan aset likuid, seperti surat berharga, serta pendapatan bunga bersih dari Grup OTO.
Selain itu, pertumbuhan pendapatan juga dikontribusikan oleh pendapatan dari bancassurance, kartu kredit, cash management, dan trade and guarantee. Aset SMBC Indonesia pun tumbuh 17% yoy menjadi Rp228,6 triliun pada akhir September 2024, mencerminkan kinerja yang stabil dan kuat di tengah dinamika pasar.
SMBC Indonesia juga membukukan pertumbuhan kredit yang mencerminkan komitmen Perseroan dalam menghadirkan solusi finansial yang relevan. Penyaluran kredit naik 16% yoy menjadi Rp175,1 triliun yang mayoritas pertumbuhannya berasal dari kredit Grup OTO. Penyaluran kredit di segmen Joint Financing, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga meningkat, masing-masing sebesar 676% (yoy) dan 12% (yoy).
Raihan positif lainnya dari SMBC Indonesia adalah net interest margin (NIM) yang naik ke level 6,82% per akhir September 2024, dari 6,44% pada periode yang sama tahun lalu.
Penyaluran kredit yang meningkat turut diimbangi dengan kualitas kredit yang tetap terjaga dengan rasio gross non-performing loan (NPL) berada di level 2,16% per September 2024.
Walau naik dari 1,47% secara yoy, yang salah satunya dipengaruhi oleh non-performing financing (NPF) dari Grup OTO, NPL SMBC Indonesia masih lebih rendah dibanding rata-rata industri, yaitu 2,26% per akhir Agustus 2024.
Baca Juga: Bank Asing Yakin Kredit Bertumbuh di Kuartal II, Ada yang Sampai Dobel Digit
Dari sisi sumber pendanaan, himpunan dana murah atau current account & saving account (CASA) juga naik 8,1% yoy menjadi Rp 38,0 triliun, yang diikuti dengan kenaikan rasio CASA menjadi 33,6% per akhir September 2024. Total deposito juga tumbuh 2,7% yoy.
SMBC Indonesia juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan tetap sehat. Per 30 September 2024, SMBC Indonesia mencatatkan liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 225,7% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 119,4%. Perseroan pun membukukan rasio kecukupan modal yang kuat berkat capital adequacy ratio (CAR) di level 29,8%.
“Performa baik kami pada periode ini merupakan kontribusi dari usaha Bank SMBC Indonesia secara organik dan diperkuat dengan akuisisi yang kami lakukan terhadap Grup OTO untuk selalu memberikan pelayanan yang komprehensif, inovatif, dan relevan bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan pembiayaan kendaraan roda dua dan empat. Bagi kami, pertumbuhan bersama akan memberikan dampak yang lebih bermakna,” kata Henoch dikutip dari siaran pers, Rabu (30/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News