Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berhasil melanjutkan perbaikan kualitas aset sepanjang kuartal pertama 2024. Perbaikan itu membuat bank pelat merah ini bisa mencetak pertumbuhan laba bersih, di tengah tantangan tingginya biaya dana.
Di tiga bulan pertama tahun ini, BNI hanya meraup pendapatan operasional Rp 14,82 triliun, turun 2,14% secara tahunan jadi Rp 14,82 triliun. Pendapatan bunga bersihnya melorot 9,8% jadi Rp 9,39 triliun, karena biaya bunga melonjak 47,5% jadi Rp 6,48 triliun. Sedang pendapatan non bunga masih tumbuh 14,6% jadi Rp 5,44 triliun.
Alhasil, laba BNI sebelum biaya provisi turun 5,4% jadi Rp 8,18 triliun. Untungnya, perbaikan kualitas aset mampu menurunkan biaya kredit BNI. Beban provisi bank ini menyusut 18,9% secara tahunan menjadi Rp 1,74 triliun. Ini membuat bank berkode saham BBNI ini bisa mencetak laba bersih Rp 5,32 triliun, tumbuh 2% secara tahunan.
Rasio kredit bermasalah (NPL) BNI per Maret 2024 telah turun ke level 2% dari 2,8% pada periode yang sama sebelumnya. Padahal di saat yang sama, laju pertumbuhan outstanding kredit bank ini semakin membaik, yakni tumbuh 9,6% jadi Rp 695,1 triliun.
Baca Juga: Laba Bersih BNI Naik Menjadi Rp 5,33 T, UMKM & Konsumer Jadi Mesin Pertumbuhan Baru
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, peningkatan kualitas aset tetap menjadi fokus BNI. “Ini diharapkan akan mendorong kinerja fungsi intermediasi yang berkelanjutan di tengah tantangan geopolitik global, tekanan inflasi dan suku bunga,” kata dia, Senin (29/4).
Royke menambahkan, pertumbuhan pendapatan non bunga BNI juga menopang kinerja positif. Kontribusinya terhadap total pendapatan BNI mencapai 35%. Pertumbuhan ini terutama datang dari pendapatan fee surat berharga dan bisnis sindikasi.
Hanya saja, dana pihak ketiga (DPK) perlu dicermati karena baru tumbuh 4,9%. Ada potensi pengetatan likuiditas, seiring kenaikan suku bunga acuan dan ekspansi kredit BNI yang kian meningkat.
Namun, Royke mengatakan pihaknya telah melakukan langkah hati-hati dan strategis dalam mengelola likuiditas, terutama pendanaan valas, dengan kebijakan pricing DPK yang efisien.
Baca Juga: Tercekik Biaya Dana Mahal, Perbankan Berupaya Tingkatkan Simpanan Tabungan dan Giro
Selain itu, BNI memanfaatkan posisinya yang kuat di pasar Internasional untuk memperoleh alternatif pendanaan lain. Baru-baru ini, BNI menerbitkan obligasi global US$ 500 juta dengan kupon optimal, hanya 5,3%.
Royke mengatakan, BNI berada di jalur yang tepat untuk mencapai aspirasi profitabilitas return on equity (ROE) hingga level 20% pada 2028 mendatang. Hal ini didasari oleh pertumbuhan aset yang stabil dan berkelanjutan dari segmen prospektif berisiko rendah serta kualitas aset yang semakin sehat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News