Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Bank OCBC NISP dan Bank Permata berhasil membukukan pertumbuhan kredit di atas rerata industri, yakni masing-masing 40% dan 39%. Walhasil, dua bank swasta tersebut meraup kenaikan laba cukup tinggi di sepanjang kuartal ketiga tahun ini.
OCBC NISP, misalnya. Bank berstatus publik yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh OCBC Bank Singapura ini mengantongi laba bersih Rp 656 miliar atau tumbuh 26% ketimbang periode yang sama 2011 lalu. "Pertumbuhan laba ditopang peningkatan pendapatan non bunga 30% dan pendapatan bunga 14%," ujar Parwati Surjaudaja, Direktur Utama OCBC NISP, dalam siaran pers, Selasa (30/10).
Pendapatan non-bunga tercatat sebesar Rp 597 miliar, dan pendapatan bunga mencapai Rp 1,87 triliun. Pendapatan bunga sendiri tumbuh karena tingginya penyaluran kredit, yakni dari Rp 36 triliun pada kuartal ketiga tahun lalu menjadi Rp 50,5 triliun pada periode ini. "Kredit tumbuh berkualitas lantaran strategi kami tepat menggenjot seluruh sektor tanpa mengesampingkan prinsip kehati-hatian," kata Parwati. Tak heran, non performing loan (NPL) kotor alias rasio kredit bermasalah turun dari sebelumnya 0,8% menjadi sekitar 0,4%.
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), OCBC NISP berhasil membukukan kenaikan 25%, dari Rp 43 triliun menjadi sebesar Rp 53,6 triliun. Nilai aset meningkat 30% dari Rp 55,01 triliun ke Rp 71,4 triliun.
Sementara Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatatkan laba bersih di kuartal III-2012 Rp 13,17 triliun. Naik 26% dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni Rp 10,43 triliun. Pendapatan bunga bersih BRI cuma tumbuh tipis, 1,98%. Naik dari Rp 26,2 triliun menjadi Rp 26,7 triliun.
Sementara pertumbuhan penyaluran kredit BRI di bawah industri, yakni naik 15,88%. Dari Rp 276,3 triliun menjadi Rp 320,2 triliun. Sementara net interest margin (NIM) BRI turun dari 10,04% menjadi 8,43%.
Bank Permata mencatat peningkatan kredit sebanyak 39%, yakni dari Rp 64,6 triliun menjadi Rp 89,9 triliun. "Pertumbuhan merata terjadi di seluruh sektor kredit. Kami akan meningkatkan infrastruktur dan kompetensi agar kredit bisa tumbuh lebih mengesankan," terang David Fletcher, Direktur Utama Bank Permata.
Sementara DPK naik 24% atau menjadi Rp 85,6 triliun. Pertumbuhan giro dan tabungan berkontribusi masing-masing 34% dan 37% atau menjadi Rp 18,6 triliun dan Rp 18,9 triliun. Sementara, deposito terkerek 17% menjadi Rp 48,1 triliun. Secara komposisi, deposito mendominasi pendanaan, sebesar 56%. Manajemen optimistis porsi dana murah bakal terus meningkat, sejalan dengan gencarnya promo tabungan berhadiah.
Laba bersih Bank Permata tembus hingga Rp 1,09 triliun atawa tumbuh 16% ketimbang September 2011 lalu yang hanya sekitar Rp 946 miliar. Peningkatan ini didorong oleh pendapatan bunga bersih dan pendapatan berbasis biaya, yakni masing-masing Rp 4,27 triliun dan Rp 831 miliar atau naik 43% dan 11%.
Faktor lain, karena ekspansi jaringan. "Antara lain, penambahan 9 cabang, 11 unit pembayaran mobile, dan 11 ATM," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News