Reporter: Nina Dwiantika, Nurul Kolbi, Feri Kristianto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah Bank Rakyat Indonesia (BRI), giliran Bank Mandiri melaporkan perolehan laba bersih double digit. Dalam laporan ke Bank Indonesia (unaudited), Bank Mandiri membukukan laba sebesar Rp 11,57 triliun, tumbuh 30% (year on year/yoy). Sebelumnya, bank kakap lain, Bank Central Asia (BCA) mencatatkan laba Rp 10,2 triliun atau naik 21,9% (yoy).
Pahala Nugraha Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri menegaskan, laporan ke bank sentral belum diaudit. "Kami akan publikasikan laporan yang telah diaudit, Kamis (8/3)," ucap Pahala, kepada KONTAN, Senin (5/3).
Kenaikan laba Mandiri berasal dari pendapatan bunga bersih, yang naik 6%, dari Rp 18,06 triliun ke Rp 19,15 triliun (yoy). Perseroan memperoleh pendapatan bunga Rp 33,04 triliun, sementara beban bunga cuma Rp 13,89 triliun.
Kenaikan pendapatan bunga sejalan penyaluran kredit yang tumbuh 25%, menjadi Rp 273,8 triliun. Pencapaian ini menempatkan Mandiri sebagai satu-satunya bank BUMN yang mencatat kenaikan kredit di atas rata-rata industri sebesar 24%. Sebagai pembanding, kredit BRI hanya tumbuh 15%, Bank BNI meningkat 19%, dan Bank Tabungan Negara (BTN) melonjak 22%.
Dibandingkan kinerja bank besar lain, BCA bisa dibilang paling cemerlang. Pertumbuhan kreditnya 31% atau Rp 202,268 triliun (yoy). Mengebutnya BCA wajar, mengingat ia harus menggenjot rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR). Seperti kita tahu, BCA memiliki rasio LDR di bawah ketentuan bank sentral sebesar 78%.
Bank terafiliasi Grup Djarum ini juga berhasil memperbaiki sisi pendanaan. Tabungan dan giro masing-masing tumbuh 18% (yoy), sementara deposito cuma naik 9%. Secara keseluruhan, dana pihak ketiga meningkat 16,5% menjadi Rp 323 triliun (yoy).
Manajemen menutup selisih laju kenaikan kredit dan DPK ini dengan mencairkan aset di BI maupun di bank lain. Maka itu, penempatan BCA di BI hanya meningkat 1,5%, sedangkan penempatan di bank lain menyusut lebih dari 52% menjadi Rp 7,4 triliun.
Strategi ini mengerek pendapatan bunga bersih BCA sebesar 25% atau menjadi Rp 16,87 triliun. Tak heran jika rasio margin bunga bersih (NIM) ikut meningkat. Hal ini sudah terlihat pada laporan kinerja kuartal-III yang mencatatkan kenaikan NIM dari 5,2% menjadi 5,7%.
Lantaran masih belum resmi, BCA belum mau memberi konfirmasi. "No comment," ujar Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja melalui pesan singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News