Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terus berupaya menekan kredit berisiko sebelum berubah menjadi kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL). Terlebih kebijakan restrukturisasi yang segera berakhir pada Maret 2024 dan tidak akan diperpanjang lagi.
Alhasil, loan at risk (LAR) bank turun dan kualitas kredit yang disalurkan ikut terjaga. Hingga akhir Desember 2023 LAR BRI tercatat dikisaran 13,8%.
Angka tersebut menurun signifikan apabila dibandingkan dengan LAR BRI pada posisi tertinggi saat puncak Covid-19 di September 2020 yakni sebesar 29,8%. Penurunan tersebut juga diikuti dengan kualitas NPL bank only yang masih terjaga di level 3,12%.
Baca Juga: Perbankan Catat Penurun Loan at Risk Jelang Restrukturisasi Kredit Covid 19 Berakhir
"Debitur yang gagal diselamatkan relatif kecil, kurang lebih hanya 2% dari total kredit yang direstrukturisasi," kata Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi, Minggu (11/2).
Sebagai langkah antisipatif BRI dalam merespon rencana pemberhentian relaksasi restrukturisasi Covid di Maret 2024, BRI gencar melakukan upaya bersih-bersih portfolio kredit sebagai bagian dari soft landing strategy.
Tentunya upaya ini membutuhkan cadangan risiko yang memadai, dimana BRI telah melakukan pembentukan biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang besar selama pandemi sampai 2023.
Baca Juga: Kredit Berisiko Menyusut Jelang Relaksasi Retrukturisasi Covid-19 Berakhir
BRI optimistis meskipun relaksasi restrukturisasi kredit terdampak Covid 19 tidak akan berdampak secara signifikan kepada kinerja kualitas kredit maupun kinerja keuangan secara umum.
"BRI sudah membentuk pencadangan yang memadai atas hal tersebut. Dimana hingga akhir Desember 2023 tercatat NPL Coverage BRI mencapai sebesar 229,09%,"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News