kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lewat produk Flexy, Bank Bukopin akan fokus genjot fee based income


Jumat, 15 November 2019 / 19:41 WIB
Lewat produk Flexy, Bank Bukopin akan fokus genjot fee based income
ILUSTRASI. Susasana Bank Bukopin di Jakarta. KONTAN/Muradi/2017/01/19


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID -  BANDUNG. PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) akan fokus menggenjot pendapatan berbasis fee atau fee based income (FBI) dalam mengejar pertumbuhan bisnis ke depan. Hal ini dilakukan sebagai strategi dalam mengimbangi tren penurunan margin bunga bersih.

Fee based income tersebut akan dipacu lewat empat produk unggulan yakni Flexy Bill, Flexi Gas, Flexy Health, dan invoice financing. Hingga Oktober Bank Bukopin telah mencatatkan pembiayaan sebesar Rp 1,2 triliun. Padahal semula, hanya ditargetkan Rp 1 triliun.

Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo mengatakan, keempat produk tersebut lebih efektif dibanding dengan melakukan penyaluran kredit investasi dan modal kerja.”Flexy Bill dan Flexy Gas bisa kami katakan hanya digarap oleh Bukopin. Produk pada dasarnya membantu pendanaan modal kerja,” katanya saat paparan Kinerja di Bandung, Jumat (15/11).

Baca Juga: Bank Bukopin gelar program buy 1 get 1 tiket film Charlie’s Angels, tertarik?

Flexy Bill merupakan produk talangan tagihan listrik yang menyasar korporasi dan manufaktur. Pembayaran tagihan listrik biasanya dilakukan setiap tanggal 20.

Dengan produk ini, perusahaan bisa menunda pembayaran listrik ke PLN sampai enam bulan tanpa dikenakan penalti. Lewat penundaan itu, perusahaan memiliki keleluasaan untuk melakukan penambahan modal kerja.

Flexy Gas merupakan produk untuk menalangi pembayaran tagihan gas sejumlah industri. Skemanya mirip dengan Flexy Bill. Sedangkan Flexy Health adalah dana talangan untuk pembayaran tagihan rumahsakit terhadap BPJS Kesehatan.

Dengan fokus pada empat produk tersebut, Bank Bukopin bisa lebih menekan kredit bermasalah dibanding dengan menyalurkan kredit investasi dan modal kerja secara biasa.

“Kami jamin produk unggulan ini zero NPL. Sementara fee based income yang didapat dari bisnis itu sekitar 1,1% per bulan,” ujar Eko.

Hingga akhir tahun, Bukopin yakin pembiayaan yang disalurkan untuk empat produk tersebut bisa mencapai Rp 1,5 triliun dan tahun 2020 ditargetkan tumbuh dua kali lipat menjadi Rp 3 triliun.

Sementara pada kuartal III 2019, penyaluran kredit Bank Bukopin hanya tercatat Rp 66,57 triliun, turun 0,61% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp66,98 triliun.

Perlambatan kredit dikontribusi oleh segmen komersial yang turun 2,7% dari Rp 22,73 triliun menjadi Rp 19,95 triliun dan segmen UMKM turun 2,9% jadi Rp 29,82 triliun. Sedangkan segmen konsumer, tumbuh 24,16% menjadi Rp16,8 triliun.

Baca Juga: Optimalkan efisiensi, BOPO Bank Bukopin membaik

Adapun fee based income Bukopin pada kuartal III 2019 tumbuh 87% secara tahunan. Fee rasio to income Bukopin berada di level 51%. Eko bilang, sampai akhir tahun Bukopin akan menjaga rasio di sekitar level tersebut.

Di samping menggenjot empat produk tadi, Bank Bukopin juga masih akan terus mengandalkan penyaluran kredit pensiun di segmen konsumer. Sementara segmen komersial tidak akan jadi fokus utama Bukopin dan hanya sebagai pelengkap saja.

Hingga akhir tahun, Bukopin memperkirakan penyaluran kredit secara konsolidasi akan mencapai Rp 68 triliun dan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Rp 80 triliun. Loan to Deposit Rasio (LDR) akan dijaga di kisaran 85%-88% dan NPL di bawah 4%.

Sedangkan untuk perolehan laba bersih diperkirakan akan tergantung dari pembentukan pencadangan yang dilakukan perseroan. Tahun ini, Bukopin menyiapkan pencadangan sebesar Rp 200 miliar- Rp 250 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×