kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Likuiditas Valas Bank Dikabarkan Mengetat Sampai Hentikan Kredit, Ini Respons Bankir


Minggu, 06 November 2022 / 18:44 WIB
Likuiditas Valas Bank Dikabarkan Mengetat Sampai Hentikan Kredit, Ini Respons Bankir
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung mata uang 100 dollar US di saah satu bank di Jakarta,Rabu (6/1). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/06/01/2021


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga The Fed dikabarkan membuat likuiditas valuta asing (valas) perbankan mengetat. Bahkan, beredar informasi perbankan mulai menghentikan penyaluran kredit dalam bentuk valas. 

Namun, bank besar menepis isu ini dan menyatakan masih memiliki likuiditas valas yang memadai. Sebab, penyaluran kredit menggunakan valas bukanlah inti bisnis bank namun sebagai pelengkap layanan saja. 

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan kredit valas perbankan tumbuh 16,71% secara tahunan alias year on year (YoY) menjadi Rp 932,61 triliun per Agustus 2022. Sedangkan secara total, kredit perbankan tumbuh 10,3% YoY menjadi Rp 6,160,0 triliun. 

Sedangkan himpunan DPK valas mengalami pertumbuhan 11,84% YoY menjadi Rp 1.107,94 triliun di delapan bulan pertama 2022.. Secara total, DPK perbankan mengalami pertumbuhan 8,2% menjadi Rp 7.358,3 triliun. 

Baca Juga: BNI Salurkan Kredit Berkelanjutan Senilai Rp 176,4 Triliun per September 2022

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyatakan penyaluran kredit valas masih tumbuh terjaga hingga dobel digit per September 2022. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan, kredit valas porsinya relatif kecil, hanya sekitar 9% dibandingkan total kredit BRI secara keseluruhan.

“Permintaan kredit terbesar berada pada sektor agribusiness, infrastructure, transportation, oil & gas, dan energy & mining, dengan komposisi mencapai 66,17% dari total kredit valas BRI,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id pada Jumat (4/11). 

Kendati demikian, ia mengakui himpunan dana pihak ketiga (DPK) Valas BRI terkontraksi 3,58% YoY per September 2022. Guna menjaga likuiditas valas, BRI telah menyesuaikan suku bunga deposito valas. 

“Sebagai contoh untuk suku bunga counter deposito valas, telah naik antara 5 basis poin (bps) hingga 15 bps tergantung dari jangka waktu (tenor) deposito,” tambahnya. 

Adapun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan penyaluran kredit valas tumbuh positif 15,55% secara year to date (YtD). Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan ini sejalan dengan permintaan kredit valas untuk menopang ekspansi bisnis usaha nasabah.

“DPK valas tumbuh positif 12,00% YtD per September 2022. Bank Mandiri secara aktif terus melakukan langkah strategis untuk menjaga likuiditas di tengah dinamika makro global berupa peningkatan suku bunga pasar dan kebutuhan ekspansi bisnis,” ujar Rudi kepada Kontan.co.id. 

Bank Mandiri  mengoptimalkan pengelolaan likuiditas dengan strategi pricing dana secara selektif dan terukur sebagai upaya untuk mengakuisisi maupun mempertahankan DPK. Melakukan pengelolaan kontrol dan monitoring terhadap pencairan kredit valas.

Lalu, memanfaatkan instrumen-instrumen treasury dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Hal ini bertujuan agar pengelolaan asset and liability dapat mencapai tujuan finansial dengan biaya dana atau cost of fund yang terjaga dan mengontrol risiko likuiditas yang dihadapi.

“Di tengah kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang signifikan dan demand kredit Valas yang meningkat sepanjang tahun 2022, Bank Mandiri dapat mengelola likuiditas Valas dengan optimal. Hal ini terlihat dari DPK Valas yang juga tumbuh dan rasio-rasio likuiditas yang dapat terjaga sesuai dengan ketentuan,” ujarnya. 

Rudi menyatakan pada 2023 mempertimbangkan proyeksi bahwa penyaluran Kredit Valas akan meningkat seiring dengan kondisi bisnis dan perekonomian yang mulai bergerak kembali. Juga FFR yang diproyeksikan akan mulai stabil, Bank Mandiri akan terus mengkaji serta memonitor kecukupan likuiditas dari waktu ke waktu serta mengelolanya secara prudent dan optimal.

Baca Juga: Pembiayaan Berkelanjutan BSI Mencapai Rp 51,03 Triliun hingga Kuartal Ketiga

“Adapun apabila dipandang terdapat kebutuhan likuiditas Valas, Bank Mandiri memiliki berbagai macam alternatif untuk melakukan pendanaan baik melalui intensifikasi strategi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK),” jelasnya. 

Bank Mandiri juga bisa melakukan pendanaan non-DPK atau wholesale funding melalui transaksi yang sifatnya bilateral dan penerbitan obligasi. Rudi memastikan dalam mengeksekusi strategi pendanaan tersebut, Bank Mandiri akan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain opsi instrumen yang tersedia, timing yang tepat, serta kondisi pasar.

Sedangkan Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn menyatakan kredit valas meningkat 35,7% YoY menjadi Rp 45 triliun per September 2022.  Sedangkan DPK valas BCA mengalami pertumbuhan sebesar 11,4% YoY menjadi Rp 76 triliun. 

“Sejalan dengan hal tersebut, transaksi valuta asing BCA tercatat bertumbuh positif seiring dengan pemulihan ekonomi nasional saat ini. Transaksi valuta asing yang paling banyak dilakukan di BCA adalah transaksi yang berhubungan dengan export import dan remittances,” katanya kepada Kontan.co.id. 

Ia menyatakan BCA akan tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×