Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Mandiri menargetkan bisa memperoleh izin dari China Banking Regulatoty Commission (CBCR) untuk mengoperasikan kantor cabang penuh di Shanghai pada kuartal III atau kuartal IV tahun ini. Saat ini, bank dengan logo pita emas ini tengah berupaya memenuhi persyaratan dari otoritas keuangan China tersebut.
Menurut Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, beberapa persyaratan yang tengah diproses antara lain penambahan modal, peningkatan infrastuktur dan sumber dana manusias (SDM). "Kami akan berusaha memenuhi persyaratan itu segera agar izin layanan bisnis renminbi dapat kami terima pada kuartal III atau kuartal IV tahun ini," ucap Rohan kepada KONTAN, baru-baru ini.
Bank Mandiri memang ingin terus meningkatkan bisnis di kantor cabang Shanghai-China. Salah satu upaya yang akan Bank Mandiri lakukan adalah menjalankan bisnis perbankan dengan mata uang renminbi pada akhir tahun 2015, dari sebelumnya hanya menjalankan bisnis perbankan dengan mata uang dollar Amerika Serikat.
Untuk itu, lanjut Rohan, Mandiri akan menggelontorkan tambahan modal sebesar RMB 100 juta dari setoran modal awal sebelumnya sebesar US$ 35 juta pada 2011. Sedangkan untuk proses pelaporan keuangan kepada regulator, Bank Mandiri akan melaporkan dalam dua jenis pelaporan, misalnya laporan keuangan dan laporan sistem teknologi informasi (IT) untuk US$ dan RMN dilaporkan terpisah.
Untuk staf lokal sendiri, saat ini terdapat 15 orang staff lokal yang bekerja di Bank Mandiri Shanghai. "Sementara, selama sekitar empat tahun menjalankan bisnis di Shanghai, Mandiri mencatat pertumbuhan sebesar 15%-20% per tahun yang berasal dari trade finance dan kredit bermata uang dollar," terang Rohan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga tengah berusaha untuk bisa segera merealisasikan penandatanganan nota kesepahaman dengan CBCR. Namun hingga saat ini, Triyono, Direktur Internasional OJK menerangkan, belum bisa memastikan kapan rencana tersebut bisa terjadi.
Sementara beredar kabar MoU OJK dengan CRBC bakal berlangsung serentak dengan kunjungan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) ke China pada Minggu ini. Namun Triyono membantah itu. "Sepertinya belum ada rencana seperti itu," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News