kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.484   50,00   0,32%
  • IDX 7.736   0,93   0,01%
  • KOMPAS100 1.201   -0,35   -0,03%
  • LQ45 958   -0,50   -0,05%
  • ISSI 233   0,21   0,09%
  • IDX30 492   -0,18   -0,04%
  • IDXHIDIV20 591   0,64   0,11%
  • IDX80 137   0,04   0,03%
  • IDXV30 143   0,27   0,19%
  • IDXQ30 164   0,00   0,00%

Memasuki Era Virtual Banking, Waspadai Penipuan Karena Minimnya Literasi


Senin, 19 Juni 2023 / 20:31 WIB
Memasuki Era Virtual Banking, Waspadai Penipuan Karena Minimnya Literasi
ILUSTRASI. Penggunaan aplikasi perbankan digital.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Memasuki era pembayaran digital, minat masyarakat terhadap perbankan virtual (virtual banking) terus meningkat dari tahun ke tahun. Riset terbaru menunjukkan kalangan affluent dan generasi muda (Gen Z) mengalami ketertarikan lebih banyak untuk membuka rekening virtual bank.

Peneliti Ekonomi Digital dari Institute for Development of Economic and Financial (Indef), Nailul Huda menyatakan tren digitalisasi keuangan menunjukkan perubahan kebiasaan masyarakat yang mulai malas bahkan sudah mengurangi untuk melakukan transaksi keuangan secara fisik.

Menurut Huda, sekitar 60%-70% masyarakat sudah tidak pernah ke cabang, sehingga ada tren penurunan jumlah kantor cabang bank. Di sisi lain, terdapat peningkatan transaksi di mobile banking. Sekitar 30%-50% orang mengkonsumsi layanan mobile banking sebanyak 7 hingga 10 kali dalam sebulan, bahkan bisa lebih dari 10 kali.

Baca Juga: Mengantar BPR Masuk Era Digital

Salah satu alasan tingginya minat terhadap perbankan digital adalah karena akses yang lebih mudah dan efisien tanpa harus pergi ke kantor cabang. 

Hal ini juga membantu masyarakat untuk lebih mudah membuat dan memiliki rekening bank, sehingga membantu inklusi keuangan. Pergeseran tren dengan didorong teknologi yang canggih akan membuat masyarakat memanfaatkan layanan keuangan digital akan meningkat.  

PT Visa Worldwide Indonesia atau Visa Indonesia sebagai perusahaan teknologi pembayaran menyampaikan pihaknya saat ini memang masih mengembangkan contactless payment Visa berbasis kartu fisik, namun ini menurut visa jauh lebih aman dari tindak penipuan maupun kemungkinan terjadinya hack. 

"Tapi di negara maju ini sudah beralih menggunakan device yang dimiliki seperti ponsel atau smart watch apa pun yang bisa disinkronisasi menggunakan tokenization. Dengan teknologi ini, nomor kartu kita sifatnya hanya belakang layar, ini untuk meningkatkan keamanan, sehingga nomor kartu ini tidak perlu lagi beredar dalam ekosistem,” kata Dessy Masri, Head of Products and Solutions Visa Indonesia dalam acara Contactless Talk yang berlangsung secara virtual, Senin (19/6).

Baca Juga: Cermati 4 Cara Top Up OVO melalui BRI, BCA, BNI, hingga Mandiri Mobile Banking

Meskipun digital banking sangat disukai karena ketersediaan layanannya yang tanpa batas jam operasional, survei Consumer Payment Attitudes Study 2022 Visa menemukan bahwa bank tradisional masih menjadi yang terdepan sebagai pilihan bank utama karena alasan keamanan dan penilaian kredit. 

Temuan tersebut mendata sebanyak 46% takut rekeningnya di-hack, sementara 39% merasa khawatir akan terjadinya transaksi tidak sah atau penipuan. Sisanya sebanyak 35% justru menghawatirkan jaringan yang tidak stabil. 

Sementara itu, alasan populer untuk tetap memilih bank tradisional sebagai bank utama di antaranya sebanyak 24% penilaian kredit menggunakan data keuangan alternatif, sementara  23% lainnya merasa uangnya aman disimpan di bank tradisional, dan 21% merasa mendapatkan layanan pelanggan yang baik, dan pinjaman dapat diproses dan dicairkan lebih cepat.

Namun jika dilihat dari sisi lain, peningkatan inklusi keuangan ini belum berbanding lurus dengan tingkat literasi keuangan di tanah air.

Untuk itu, Visa dan INDEF menyampaikan pentingnya untuk meningkatkan tingkat literasi masyarakat, baik literasi keuangan maupun digital, terutama hal-hal yang berkaitan dengan keamanan data, sehingga bisa mengurangi risiko saat menggunakan layanan bank digital.

Baca Juga: 4 Cara Bayar Virtual Account Mandiri via ATM Bank hingga Livin by Mandiri

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022 oleh Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan bahwa tingkat inklusi keuangan di Indonesia telah mencapai 85,10%. Namun, indeks literasi keuangan masih di angka 49,68%.

“Artinya, banyak orang yang memiliki akun bank, tapi tidak paham terhadap produk-produk keuangannya. Ini bisa berbahaya karena mereka jadi rentan terhadap penipuan. Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat untuk mengurangi risiko tersebut,” papar Huda.

Menanggapi hal tersebut, Visa Indonesia menyampaikan juga bekerjasama dengan pihak terkait termasuk regulator dan pemain industri untuk meningkatkan literasi keuangan dan mengedukasi masyarakat.

Baca Juga: 4 Cara Bayar Virtual Account Mandiri via ATM Bank hingga Livin by Mandiri

Visa menyampaikan telah memiliki hampir lebih dari 50 klien yang dapat membantu memberikan edukasi seputar pemakaian kartu kredit dan keamanan dalam bertransaksi, hingga melalui program contactless talk.

"Kami juga memiliki website practicalbusinesskill.com dan practicalmoneyskill.com yang dapat diakses siapa saja untuk meningkatkan literasi keuangan. Selain itu, Visa juga memiliki Program Literasi Keuangan Ibu Berbagi Bijak untuk memberdayakan Wanita dalam mempersiapkan bisnis mereka,” jelas Dessy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×